Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Problem Umum Pasangan Menikah

Kompas.com - 24/05/2012, 18:06 WIB

KOMPAS.com - Setiap pasangan menikah pasti memiliki masalah. Boleh dibilang, sepanjang kehidupan perkawinan Anda akan menemukan hal-hal baru yang berpotensi menciptakan konflik. Bagaimanapun, Anda berdua adalah orang yang berbeda dengan pola pikir, ego, dan keinginan masing-masing.

"Tak ada pernikahan yang 100 persen bebas masalah, meskipun mereka terlihat adem ayem di luarnya," tukas konsultan pernikahan Indra Noveldy, saat seminar pernikahan di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurutnya, setiap pasangan menikah pasti akan menemui enam masalah umum seperti ini:

1. Belum mengenal pasangan
Masa pacaran seharusnya menjadi saat yang tepat untuk mengenal pasangan lebih jauh. "Sayangnya, saat pacaran orang hanya fokus untuk mencari kesenangan saja seperti jalan berdua, makan di kafe, atau nonton, tanpa mencari tahu jati diri pasangan sebenarnya," tukas Indra.

Sekadar mengetahui apa makanan kesukaannya, film dan bacaan favoritnya, atau siapa saja mantannya, tidak berarti Anda sudah mengenalnya dengan baik. Boleh dibilang, Anda baru mengetahui pasangan dari permukaannya saja. Masa pacaran yang lama pun sebenarnya tidak menjamin setiap pasangan telah saling mengenal satu sama lain seutuhnya, dan tidak menjamin masa depan pernikahan yang langgeng dan bahagia.

Gunakan waktu Anda berpacaran untuk lebih mengenal kepribadian dan kematangan pasangan serta diri sendiri, sebagai bekal untuk memasuki kehidupan pernikahan. Ketahui harapan-harapan dan kekhawatirannya, tujuan hidupnya, bagaimana ia menghadapi masalah dalam hidup dan mencari solusinya. Indra mengatakan, kenali juga pola pikir dan tingkat kedewasaan pasangan. Dengan mengenal dirinya lebih dalam, kemungkinan konflik yang berujung pada ketidakcocokan bisa diminimalisasi.

2. Pasangan terlalu banyak menuntut
Kebanyakan pasangan selalu menuntut untuk dibahagiakan oleh pasangannya. Sayangny, hal ini tidak diikuti dengan adanya proses timbal balik. Artinya, hanya ingin dibahagiakan, tapi tidak berusaha membahagiakan pasangannya. Ketika masing-masing tidak mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan, timbullah konflik yang cukup berat.

Indra mengungkapkan, untuk mengatasi hal ini para pasangan seharusnya saling introspeksi diri untuk saling membahagiakan pasangan tanpa pamrih. Selain itu Anda juga perlu mengurangi tuntutan pada pasangan untuk selalu membahagiakan Anda. Pada dasarnya, kebahagiaan pernikahan tidak akan tercipta ketika tidak ada kesediaan untuk saling membahagiakan.

3. Tidak ada rasa nyaman
Salah satu hal terpenting dalam kehidupan pernikahan adalah kenyamanan satu sama lain. Rasa tidak nyaman terhadap pasangan di rumah menjadi salah satu pemicu konflik, dan membuat salah satu dari Anda memilih untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan di rumah. "Perhatikan sikap pasangan; jika dia lebih sering di luar dan menjadi lebih pendiam, padahal saat bersama teman-temannya di luar ia terlihat ceria. Jika hal ini terjadi, mungkin saja dia merasa tidak nyaman dengan Anda," bebernya.

4. Ego
Setiap orang memiliki egonya masing-masing. Namun ketika menikah, sebaiknya ego diri sendiri harus ditekan agar tercipta kenyamanan bagi masing-masing pihak. "Ego dan bahagia tidak bisa berjalan bersama, maka ketika menikah kita harus memilih salah satunya," tukasnya.

Jika Anda berdua lebih mengutamakan ego masing-masing, seringkali kepentingan ini akan berbenturan sehingga menimbulkan konflik dan berakhir pada ketidakbahagiaan pasangan. Bila Anda ingin bahagia, paling tidak Anda berdua harus mau dan bisa menekan ego masing-masing, dan mencari jalan keluar untuk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga.

5. Tak tahu kebutuhan pasangan
Menikah dan menghabiskan waktu bersama pasangan bukan jaminan Anda pasti mengetahui kebutuhan pasangan. "Bisa diibaratkan seperti memilih makanan. Si dia tidak suka makan steak, tapi Anda selalu memberinya kejutan berupa makan di restoran steak karena Anda menyukainya, " jelas Indra.

Seringkali kita menganggap hal ini adalah kebutuhannya, padahal sebenarnya kita lebih menuruti keinginan kita untuk memberi apa yang kita inginkan pada pasangan. Yang menjadi masalah, seringkali apa yang kita berikan bukan sesuatu yang dibutuhkannya. "Ini karena kita tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan pasangan kita, hanya saja kita sok tahu," jelasnya.

6. Komunikasi
Berkomunikasi tidak sama dengan berbicara. Komunikasi tak hanya bisa dilakukan dengan berbicara pada pasangan, tapi juga melalui bahasa tubuh dan banyak cara lainnya. Sayangnya, banyak pasangan yang menyamakan antara komunikasi dengan berbicara pada pasangan. Masalahnya, pembicaraan yang biasa dilakukan antar pasangan seringkali hanyalah pembicaraan basa-basi, atau "yang penting sudah menegur". Namun komunikasi yang lebih dari sekadar bicara basa-basi, seperti gerakan tubuh yang mesra, ungkapan hati yang tulus, bisa mengenali ketika pasangan sedang gundah atau stres, juga menjadi bentuk komunikasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan kehidupan pernikahan yang langgeng dan bahagia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com