Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Ayah di Usia 40 Tahun, Adakah Pengaruhnya pada Kesehatan Bayi?

Kompas.com - 29/12/2014, 10:20 WIB

KOMPAS.com - Bertambahnya usia seorang wanita membawa pengaruh besar pada kesuburannya. Selain lebih sulit hamil, risiko melahirkan bayi dengan kelainan genetik juga besar. Sayangnya, kaum pria juga tak bebas dari risiko tersebut.

Seperti halnya wanita, pria yang menjadi ayah di usia matang (di atas 40 tahun) juga beresiko besar memiliki anak dengan berbagai gangguan tumbuh kembang.

Sebuah studi di Swedia terhadap bayi yang lahir antara tahun 1973-2001 menemukan, bayi yang memiliki ayah berusia 45 tahun atau lebih tua cenderung memiliki gangguan otak dan sistem saraf, misalnya menderita autisme, gangguan bipolar, serta anak hiperaktif. Semua itu terjadi karena adanya mutasi pada sel sperma pria berusia matang.

Meski demikian, para ahli menekankan bahwa risiko tersebut relatif kecil. "Memang ini perlu diperhatikan, tapi tidak perlu melakukan hal-hal yang berlebihan seperti membekukan sperma atau takut memiliki anak di usia tersebut," kata Alan Brown, profesor psikiatri dan epidemiologi dari Universitas Columbia, AS.

Berbeda dengan hasil penelitian di Swedia, dalam studi yang dilakukan oleh Brown di AS ia tidak menemukan kaitan antara usia ayah saat pembuahan dengan risiko anak menderita gangguan bipolar.

Bank sperma di AS pada umumnya memang menolak sperma dari pria yang berusia 40 tahun ke atas. Penelitian menyebut, kualitas sperma akan menurun seiring dengan usia. Walau  penelitian di Inggris mengatakan dibanding sel sperma, usia wanita lebih berpengaruh pada terjadinya kehamilan.

Dolores Lamb, direktur laboratorium riset reproduksi pada pria mengatakan, masih banyak kalangan medis yang kurang memperdulikan usia reproduksi pria.

"Riset mengenai usia reproduksi pria memang kontroversial. Tapi kalau kita melihat dengan teliti data yang dipublikasikan, memang ada penurunan pada jumlah total sperma dan volumenya. Tapi walau ada penurunan sedikit, secara umum pria masih subur," kata Lamb.

Jika wanita sudah membawa seluruh sel telurnya sejak lahir, maka sel sperma pada pria terus mengalami pergantian. Pergantian tersebut akan memicu mutasi. Dengan kata lain, walau pria berusia paruh baya masih bisa menghamili, tapi mutasi yang terjadi pada sel sperma akan meningkatkan risiko gangguan genetik pada keturunannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com