KOMPAS.com - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sering menimbulkan gejala yang mengejutkan. Pasalnya, demam yang dirasakan oleh pengidap penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini bisa sewaktu-waktu hilang.
Ada istilah Siklus Pelana Kuda untuk memudahkan masyarakat dalam mengenal grafik naik-turun panas yang dialami oleh penderita DBD. Siklus tersebut terlihat dalam tiga fase berikut:
Fase demam: hari ke 1-3
Demam tinggi antara 39-41 derajat celsius bisa menjadi tanda-tanda awal seseorang menderita DBD.
Demam ini biasanya berlangsung selama 3-4 hari dan sulit direda dengan obat penurun panas biasa.
Baca juga: Kenali Siklus Pelana Kuda pada Penderita DBD
Fase kritis: hari 3-5
Fase ini ditandai dengan demam yang mulai mereda. Banyak penderita yang salah kaprah menanggapi suhu tubuh yang kembali normal hingga menganggap sembuh.
Padahal, penderita ini sedang memasuki masa di mana risiko tertinggi dari DBD dapat terjadi.
Fase penyembuhan: hari 6-7
Suhu tubuh kembali naik menjadi tanda fase kritis telah berakhir dan beranjak ke fase penyembuhan. Dalam fase penyembuhan, denyut nadi menguat, pendarahan berhenti, dan terjadinya perbaikan fungsi tubuh lainnya.
Bagi masyarakat Indonesia, penyakit DBD ini benar-benar harus diwaspadai. Pasalnya, Indonesia termasuk negara tropis.
Melansir dari Mayo clinic, tinggal atau bepergian ke daerah tropis dan subtropis meningkatkan risiko terpapar virus dengue.
Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang disebutkan Mayo clinic sebagai daerah berisiko tinggi penularan penyakit DBD bersama Kepulauan Pasifik Barat, Amerika Latin dan Karibia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat temuan kasus DBD terbanyak di Indonesia hingga awal tahun ini berada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kupang.
Jumlah kasus secara nasional yang tercatat dalam situs resmi Kemenkes hingga tanggal 3 Februari 2019 yakni mencapai sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia.