Bagi masyarakat Indonesia, penyakit DBD ini benar-benar harus diwaspadai. Pasalnya, Indonesia termasuk negara tropis.
Melansir dari Mayo clinic, tinggal atau bepergian ke daerah tropis dan subtropis meningkatkan risiko terpapar virus dengue.
Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang disebutkan Mayo clinic sebagai daerah berisiko tinggi penularan penyakit DBD bersama Kepulauan Pasifik Barat, Amerika Latin dan Karibia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat temuan kasus DBD terbanyak di Indonesia hingga awal tahun ini berada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kupang.
Jumlah kasus secara nasional yang tercatat dalam situs resmi Kemenkes hingga tanggal 3 Februari 2019 yakni mencapai sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia.
Jumlah itu naik dari sebelumnya. Kemenkes RI mencatat pada 29 Januari 2019, jumlah kasus DBD mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa.
Melihat jumlah kasus tersebut, tentu membuat banyak masyarakat merasa was-was. Lalu, yang jadi pertanyaan, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari terjangkit penyakit DBD ini?
Kemenkes RI sendiri menekankan cara yang paling efektif untuk melawan DBD adalah dengan melakukan gerakan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN dapat diwujudkan dalam program 3M, yakni menutup tempat penampungan air bersih, menguras tempat penampungan air bersih, dan mendaur ulang atau memusnahkan barang-barang bekas.
Baca juga: Musim Hujan Segera Tiba, Kenali Gejala DBD pada Anak
Khusus dalam perkara penampungan air bersih, Dr Syahribulan, M.Si., peneliti nyamuk dari Departemen Biologi Universitas Hasanuddin pada kesempatan wawancara dengan Kompas.com menegaskan bahwa benda ini dapat menimbulkan masalah baru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.