KOMPAS.com - Beberapa orang beranggapan, sajian dengan bumbu penyedap monosodium glutamate (MSG) atau jamak disebut micin lebih mengundang selera.
Semangkuk mi ayam pangsit lebih menggiurkan ketimbang sereal gandum utuh.
Ada juga yang lebih memilih semangkuk bakso urat ketimbang sayur bayam. Beberapa orang juga doyan mengudap keripik basreng pedas dan asin daripada alpukat.
Sehingga, muncul pendapat generasi micin cenderung doyan makan.
MSG atau micin merupakan bahan tambahan makanan paling jamak digunakan di dunia.
Orang di Asia jamak menggunakannya sebagai bumbu penyedap.
Sedangkan di Amerika Serikat, MSG ditambahkan dalam makanan olahan dari keripik sampai makanan kalengan.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Micin Berbahaya Bagi Kesehatan Manusia?
Melansir Psychology Today, ilmuwan di Jepang pada 2015 lalu bereksperimen meningkatkan asupan makanan lansia dengan MSG alami.
Ilmuwan Takashi Sasano dan timnya di Universitas Tohoku Jepang, memberikan teh yang diberi rumput laut untuk mendongkrak nafsu makan lansia setempat.
Rumput laut yang kaya akan MSG alami terbukti dapat merangsang nafsu makan orang yang tidak doyan makan.
Para ilmuwan berpendapat, MSG dapat merangsang sekresi air liur (bikin ngiler). Hal itu yang membuat orang jadi ingin makan.
Melansir Kompas.com (30/05/2011), riset pada 2011 lalu mengungkap makanan ber-MSG kemungkinan berkontribusi pada kenaikan berat badan.
Dari hasil riset, orang obesitas umumnya mengonsumsi makanan yang mengandung banyak MSG atau micin.
"Risikonya memang kecil, tapi implikasinya pada kesehatan masyarakt besar," jelas Ka He, periset sekaligus ahli nutrisi dari Universitas North Carolina, Chapel Hill, kepada Reuters.
Studi lain yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition, Ka He bersama timnya melanjutkan penelitian dengan meriset 10.000 orang di China selama 5,5 tahun.