KOMPAS.com - Batu empedu adalah material padat atau benjolan yang berkembang di kantong empedu maupun saluran empedu ketika zat tertentu mengeras.
Kantung empedu adalah kantung kecil yang terletak di sisi kanan tubuh, di bagian bawah hati.
Beberapa bahan kimia yang ada di kantong empedu dapat memadat menjadi sebuah batu besar atau beberapa batu kecil.
Melansir National Institutes of Health (NIH) U.S. Department of Health and Human Services, batu empedu sangat umum terjadi pada seseorang.
Baca juga: Batu Empedu: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan
Di Amerika bahkan batu empedu memengaruhi atau dialami oleh 10 sampai 15 persen dari populasi warganya yang mencapai 25 juta jiwa.
Dari jumlah itu, sekitar seperempar dari hampir 1 juta orang yang didiagnosis alami batu empedu setiap tahun perlu dirawat, biasanya berakhir dengan pembedahan.
Kelompok masyarakat tertentu diketahui memiliki risiko lebih tinggi terkena batu empedu daripada orang lain.
Menurut NIH, wanita lebih mungkin mengembangkan batu empedu daripada pria.
Hal itu didasarkan pada kondisi wanita yang memiliki estrogen ekstra dalam tubuh karena kehamilan.
Hormon estrogen ini diketahui dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam empedu dan menurunkan kontraksi kandung empedu untuk mengosongkan empedu.
Selain itu, terapi penggantian hormon atau pil KB yang dikonsumsi wanita juga mungkin akan menghasilkan batu empedu.
Selain wanita, ada beberapa kelompok masyarakat lain yang dinilai lebih rentan alami masalah batu empedu, di antaranya:
Melansir Mayo Clinic, batu empedu biasanya tidak menyebabkan tanda atau gejala. Namun jika batu empedu bersarang di saluran empedu dan menyebabkan penyumbatan, tanda dan gejala yang muncul mungki, di antaranya:
Nyeri batu empedu dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.
Baca juga: Studi Ungkap Wanita Lebih Rentan Idap Penyakit Jantung, Kok Bisa?
Penyebab pasti batu empedu belumlah jelas. Tetapi dokter berpikir batu empedu dapat terjadi ketika: