KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Ukrida
UKRIDA Bagimu Negeri
Akademisi

Platform akademik Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) untuk menyebarluaskan gagasan dari para akademisi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan dipersembahkan bagi kemajuan negeri Indonesia.

Merawat Mata di Masa Pandemi

Kompas.com - 04/02/2022, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Prema Muthiah, Optometrist dan Dosen Prodi Optometri Ukrida & Widiastuti Eko Wulandari, Staf Prodi Optometri Ukrida

PANDEMI Covid-19 membuat hampir seluruh aktivitas, seperti belajar, bercengkerama, dan bermain, berpindah ke ranah online. Perusahaan menerapkan skema remote working. Sementara itu, kampus dan sekolah berfokus pada e-learning.

Situasi tersebut membuat penggunaan peralatan telekomunikasi, seperti handphone, laptop serta, aplikasi pertemuan, seperti Zoom dan Google Meet, meningkat tajam.

Memang benar bahwa platform online memungkinkan belajar dan bekerja berjalan optimal selama pandemi. Sayangnya, penggunaan gawai elektronik dengan intensitas tinggi dan terus-menerus juga membawa efek samping yang mengkhawatirkan bagi penglihatan serta kesehatan mata.

Selama ini, kebanyakan orang mengabaikan kebutuhan untuk pemeriksaan mata secara rutin dan perawatan mata tingkat dasar. Namun, dampak negatif dari paparan layar gawai tersebut akhirnya membuat banyak orang ingin berkonsultasi dengan dokter mata atau optometris.

Peningkatan waktu paparan layar perangkat digital atau screen-time dapat menyebabkan masalah penglihatan dan sejumlah persoalan pada mata. Menatap layar perangkat digital selama lebih dari 3 hingga 4 jam secara terus-menerus akan menimbulkan gejala yang disebut computer vision syndrome (CVS) dan digital eye strain.

Terlalu fokus menatap layar perangkat digital dapat membuat seseorang lupa mengedipkan mata sehingga jumlah kedipan (blink rate) menurun. Hal itu menyebabkan mata mengalami tekanan berlebih.

Apabila dibiarkan tanpa penanganan dan tidak dimonitor, hal ini bisa menyebabkan mata kering, penglihatan semakin kabur, sakit kepala, serta percepatan kelainan refraksi (refraction-error), seperti miopia.

Di samping itu, gejala CVS dan digital eye strain bisa menjadi awal munculnya presbiopia, yaitu kondisi menurunnya kemampuan akomodasi mata. Presbiopia pada orang dewasa dikenal dengan istilah awam rabun dekat atau mata tua. Jika sudah mengalami kondisi ini, bisa jadi seseorang perlu menggunakan lensa baca dalam usia lebih dini dari seharusnya.

Perlu dicatat, menurut penelitian yang dilakukan oleh Brien Holden Vision Institute (BHVI) pada 2016, prevalensi miopia pada 2050 di seluruh dunia diprediksi akan mencapai hampir 50 persen. Prevalensinya di Asia, terutama pada orang muda dengan usia di bawah 20 tahun, akan mendekati 90 persen.

Indonesia merupakan negara dengan angka lonjakan miopia yang signifikan. Data Oftalmologi Komunitas (Ofkom) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) mencatat bahwa dari 312 anak di Indonesia, 41 persennya mengalami miopia dan 21 persen mengalami gangguan refraksi berat.

Berkurangnya aktivitas fisik dan berada dalam kondisi statis dalam jangka waktu lama di depan layar digital akan menyebabkan perubahan posisi ergonomis. Ditambah dengan pencahayaan yang tidak baik, leher dan punggung akan terasa sakit. Itu semua merupakan persoalan yang terjadi akibat tingginya screen-time pada masa pandemi.

Apa yang perlu kita lakukan?

Pada masa pandemi perawatan dan kepedulian akan kesehatan mata merupakan kebutuhan yang sangat vital dan esensial.

Pertama, ikutilah aturan praktis 20-20-20. Setiap 20 menit belajar dan bekerja di depan layar perangkat digital, istirahatkan mata selama 20 detik dengan mengalihkan penglihatan ke benda di sekeliling yang berjarak 20 kaki atau 6-7 meter.

Melakukan aturan tersebut secara rutin membantu merelaksasi mata, mengurangi kelelahan dan menghindari terjadinya gejala astenopia atau kelelahan berlebihan pada mata. Astenopia biasanya memiliki gejala seperti sakit kepala, penglihatan yang menjadi kabur sesekali, dan mata yang kering.

Kedua, sering-seringlah mengedipkan mata. Kedipan mata biasanya berkurang ketika seseorang menatap layar digital. Hal ini menyebabkan mata menjadi kering. Kedipan mata yang normal adalah kurang lebih 15 kali dalam satu menit. Kedipan mata biasanya berkurang menjadi hanya sekitar 5 kali per menit ketika seseorang fokus menatap layar perangkat digital.

Tidak jarang, selain mata terasa kering, kurang berkedip juga menimbulkan sensasi mengganjal dan gatal pada mata. Karena itu penting bagi kita untuk secara sengaja berkedip saat menatap layar demi mengurangi penguapan air mata (cairan mata). Menjaga jumlah kedipan mata per menit dapat mencegah terjadinya pengeringan mata secara signifikan.

Ketiga, perhatikan pencahayaan ruangan dan tingkat kecerahan layar peralatan digital kita. Menggunakan pencahayaan layar yang lebih redup ataupun bekerja dibawah terang cahaya alami akan sangat membantu kesehatan mata.

Pencahayaan ruangan yang bersumber dari ambiensi cahaya alamiah akan sangat ramah bagi mata. Secara umum, cahaya dalam ruangan tidak boleh terlalu redup dan tidak boleh pula terlalu terang. Sementara itu, tingkat pencahayaan layar perangkat yang direkomendasikan untuk menjaga kesehatan mata adalah maksimal 50 persen.

Beberapa tips penting lainnya

Keuntungan dari menggunakan perangkat digital adalah kita bisa dengan mudah menyesuaikan setelan dengan keinginan kita, termasuk ukuran font. Dengan memperbesar ukuran font, kenyamanan visual kita akan bertambah. Sebaliknya, semakin kecil ukuran font, kerja mata menjadi semakin berat.

Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk menyesuaikan ukuran font menjadi dua kali lebih besar dari biasanya agar mudah dibaca. Menyesuaikan font perangkat digital sangat dianjurkan bagi pengguna dengan usia muda, seperti anak-anak. Penyesuaian font sangat membantu daya tahan mata serta membuat proses membaca pada layar digital menjadi lebih nyaman.

Selain itu, memastikan posisi duduk yang baik dan tepat juga sangat membantu dalam mengatasi sakit pada leher punggung akibat terlalu lama menatap layar. Berbagai penelitian melaporkan bahwa posisi membaca yang nyaman memiliki banyak manfaat.

Selain membaca menjadi semakin efektif, posisi duduk yang baik juga membantu penangkapan gambar oleh retina, kemampuan mata dalam penyesuaian konvergensi dan akomodasi lensa mata, serta kenyamanan mata dalam melihat apabila seseorang menggunakan kacamata.

Kita disarankan untuk duduk dengan tegak, paha berada dalam posisi sejajar dengan lantai, serta telapak kaki menginjak lantai sehingga membentuk sudut 90 derajat. Selain itu, punggung perlu mendapatkan sandaran yang baik. Dengan begitu, penggunaan layar digital menjadi nyaman dan jauh dari rasa sakit.

Sementara itu, untuk meringankan kelelahan mata anak karena pembelajaran daring, orangtua disarankan mengajak anak untuk meninggalkan gawai sesaat. Ajaklah mereka melakukan aktivitas di luar ruangan dan sebisa mungkin dilakukan di bawah sinar matahari pagi selama minimal 40 menit.

Aktivitas luar ruangan dapat berupa bermain, berolahraga, berlarian, atau sekedar berjalan. Memberi jeda antara melihat layar gawai dan aktivitas luar ruangan dapat membantu mata menjadi lebih rileks serta sangat bermanfaat dalam jangka panjang.

Covid-19 dan larangan menyentuh mata

Selanjutnya, demi menjaga kesehatan, selama pandemi Covid-19 kita disarankan untuk tidak menyentuh dan mengusap mata dengan tangan. Sebab, Covid-19 adalah penyakit yang sangat menular. Virus dapat ditularkan melalui sentuhan tangan ke mata.

Selain itu, mencuci tangan secara teratur. Melindungi hidung dan mulut dari paparan virus juga wajib dilakukan dengan menggunakan masker. Dengan kata lain, selain perawatan mata di atas, segala bentuk protokol kesehatan (prokes) sebagai pencegahan Covid-19 harus senantiasa dilakukan.

Banyak penelitian melaporkan bahwa efek dari Covid-19 dapat juga menyebabkan infeksi konjungtivitis. Partikel dari infeksi virus corona ditemukan pula pada cairan sekresi mata pada pasien-pasien Covid-19 yang menderita konjungtivitis.

Karena itu, menyentuh wajah, mulut, dan mata dengan tangan harus selalu dihindari. Bersihkanlah tangan Anda secara teratur, khususnya ketika harus keluar dari rumah dan menghadiri kegiatan bersama orang lain untuk kebutuhan tertentu.

Sebagai kesimpulan, merawat mata sangatlah vital pada masa pandemi ini. Memperhatikan apa yang disampaikan di atas akan sangat membantu kesehatan mata dan penglihatan kita semua. Namun demikian, pemeriksaan mata secara rutin dengan mengunjungi optometris tetap dibutuhkan, bahkan sangat esensial bagi kesehatan mata kita.

Kalau kita melakukan pemeriksaan rutin, maka bisa didapatkan deteksi dini kalau terjadi perubahan pada penglihatan dan struktur okular atau organ mata dan jaringan di sekitar mata. Dengan demikian, intervensi perawatan dini dan mencegah akibat yang lebih buruk terhadap kesehatan mata dapat dilakukan.

Akhir kata, mari kita tetap menjaga kesehatan mata selama pandemi. Cintailah mata Anda, karena mata yang sehat adalah jendela untuk melihat keindahan dan menjalani kehidupan.

 

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com