Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Faktor Pemicu Gangguan Stres Pasca Trauma

Kompas.com - 02/06/2022, 17:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Kompas.com - Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma merupakan gangguan yang muncul setelah seseorang mengalami atau melihat peristiwa yang bersifat traumatis.

Gejalanya bisa berupa kilas balik atau mengingat kembali peristiwa tersebut, mimpi buruk, dan gangguan cemas.

Gejala PTSD dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Gangguan stres pasca trauma bisa saja terus terjadi ketika seorang penderita terus menerus dihadapkan pada momen tertentu yang membangkitkan ingatan kelam di masa lalu.

Baca juga: Mengapa Stres Bisa Membuat Kita Jatuh Sakit?

Misalnya seseorang yang pernah mengalami kecelakaan di jalan raya, cukup sensitif saat mendengar suara riuh klakson mobil.

Kemudian untuk korban pelecehan seksual akan mengalami gangguan stres pasca trauma usai menyaksikan berita kasus serupa di televisi.

Penderita PTSD juga mengalami perubahan reaksi fisik dan emosional, seperti mudah terkejut, selalu waspada, sulit tidur, agresif, hingga perasaan bersalah yang berlebih.

Setiap orang dari segala usia dapat mengalami gangguan stres pasca trauma. Namun ada beberapa faktor pemicu PTSD selain peristiwa traumatis yang perlu Anda ketahui.

7 Faktor Pemicu PTSD

Dilansir dari Mayo Clinic, ada 7 faktor yang bisa memicu munculnya PTSD atau gangguan stress pasca trauma. 

  1. Mengalami trauma yang intens
  2. Pernah mengalami trauma di fase awal kehidupan, seperti pelecehan atau dirundung pada masa kanak-kanak.
  3. Bekerja di sektor yang punya kemungkinan meningkatkan risiko terkena peristiwa traumatis, seperti di ranah militer.
  4. Menderita penyakit mental lain, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
  5. Orang yang kecanduan alkohol atau penyalahgunaan psikotropika (NAPZA).
  6. Lingkungan kehidupan yang kurang mendukung. Ya, penderita gangguan stres pasca trauma membutuhkan lingkungan keluarga dan pertemanan yang baik agar lebih bersemangat menjalani hidup.
  7. Riwayat gangguan mental pada keluarga seperti skizofrenia, bipolar, dan depresi.

Baca juga: Bagaimana Kelebihan Dopamin Bikin Halusinasi dan Berkaitan dengan Skizofrenia?

Sementara itu, untuk dapat dikategorikan sebagai penderita PTSD, seseorang harus menjalani pemeriksaan dengan ahli medis, dokter kejiwaan dan psikolog.

Kemudian, pengobatan gangguan stres pasca trauma bisa berupa psikoterapi, obat-obatan (anti depresan, anticemas, dan prazosin yang berguna untuk mencegah mimpi buruk).

Olahraga untuk atasi gejala PTSD

Selain itu, penderita gangguan stres pasca trauma juga bisa mencegah kambuh dengan meluangkan waktu untuk berolahraga.

Olahraga ringan seperti jalan kaki, joging, yoga, hingga berenang dapat memberi manfaat besar bagi kesehatan mental.

Selain itu, olahraga juga membantu produksi hormon endorfin dalam tubuh.

Hormon ini berperan sebagai penghilang rasa sakit alami dan bertanggung jawab atas perasaan senang setelah melakukan aktivitas tertentu hingga memberi energi positif pada penderita PTSD.

Tak hanya endorfin, olahraga juga memicu hormon dopamin yang berperan penting dalam merangsang perasaan baik.

Dopamin juga berperan dalam mengatur irama detak jantung, memperbaiki pola tidur, hingga membuat tubuh mampu menerima rasa sakit.

Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Depresi dan PTSD

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau