Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2022, 10:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar orang yang jatuh sakit karena stres berat?

Faktanya, jatuh sakit karena stres bukan sekadar mitor belaka. Stres memang bisa menyebabkan dampak serius pada fisik kita.

Melansir Cleveland Clinic, stres bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti:

  • kecemasan
  • gangguan tidur
  • sulit konsentrasi
  • dan pilihan makan yang buruk.

Menurut psikolog klinis Adam Borland, stres sebenarnya bisa meningkatkan kewaspadaaan kita.

“Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang dapat dikendalikan membantu mempersiapkan kita menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari,” kata Borland.

Gejala sembelit penting dikenali untuk mendukung upaya diagnosis dini dan pengobatan sesegera mungkin gangguan pencernaan ini.

Terlebih lagi, merenungkan situasi yang membuat stres juga dapat membantu Anda menemukan solusi untuk masalah tersebut.

"Namun, stres bisa menjadi masalah ketika mulai mempengaruhi kemampuan Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda inginkan atau perlu lakukan," kata Borland.

Ketika stres mulai membuat Anda sulit tidur atau melakuan hal negatif seperti konsumsi alkohol atau makanan berlemak, hal itu bisa berdampak negatif pada kesehatan Anda.

Baca juga: Flu Tulang

Stres dan kondisi fisik

Selama masa stres fisik atau emosional, sistem saraf simpatik tubuh aktif.

Hal itu bisa membuat tubuh mengalami respon "fight atay flight" untuk bersiap mempertahankan diri secara fisik atau melarikan diri dari ancaman.

Respon tersebut bisa membuat tubuh mengalami hal berikut:

  • Peningkatan denyut jantung.
  • Pernafasan cepat.
  • Sesak napas.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Ketegangan otot.

Stres bisa menyebabkan fisik karena adanya hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang memberi sinyal pada tubuh Anda untuk melepaskan glukosa, sejenis gula yang menyediakan energi untuk otot Anda.

Otot Anda membutuhkan glukosa saat akan melawan atau lari dari pemangsa.

Kortisol juga menghambat produksi insulin dan mempersempit arteri. Setelah ancaman berlalu, kadar kortisol biasanya kembali normal, dan tubuh Anda pulih dari efeknya.

Namun jika stres terjadi dalam jangka panjang, kadar kortisol akan tetap tinggi. Hal ini bisa menyebabkan sejumlah masalah seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan masalah gastrointestinal kronis seperti sindrom iritasi usus besar.

Baca juga: Kenali Apa yang Anda Rasakan, Ini Beda Sedih dan Depresi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com