KOMPAS.com - Dehidrasi atau kekurangan cairan saat berenang berisiko mengakibatkan kram hingga penurunan tekanan darah.
Ya, olahraga renang tetap membuat tubuh manusia kehilangan cairan, meski hal itu sering tidak kita sadari.
Simak artikel berikut untuk mengetahui bahaya dehidrasi saat berenang dan pencegahannya.
Baca juga: Macam-macam Manfaat Berenang untuk Ibu Hamil
Dilansir dari Livestrong, tubuh kita tetap mengeluarkan keringat saat sedang berenang. Namun, keringat yang keluar di permukaan kulit langsung menyatu dengan air kolam renang.
Anda perlu waspada dengan beberapa tanda-tanda dehidrasi saat berenang seperti kelelahan, pusing, susah fokus, dan mual.
Kondisi di atas bisa berbahaya bagi kesehatan. Berikut beberapa bahaya dehidrasi saat berenang yang perlu diwaspadai:.
Kram terjadi karena dehidrasi dapat menurunkan kinerja otot sehingga memicu kejang.
Kram saat berenang dapat terjadi pada area otot kaki, perut, atau bagian tubuh lainnya.
Gejala kram yang paling umum yaitu timbulnya rasa sakit yang tajam selama beberapa detik hingga 15 menit.
Kram mungkin juga menyebabkan otot menonjol, pembengkakan, hingga menyebabkan area yang sakit memerah.
Kram saat berenang merupakan kondisi yang perlu segera mendapat penanganan. Pasalnya, kram yang berlangsung lama bisa menyebabkan orang tenggelam.
Hipotensi ortostatik adalah kondisi perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi tubuh.
Dalam kasus berenang, hipotensi bisa terjadi saat seseorang bergerak dari posisi horisontal ke vertikal atau ketika perenang bangkit lalu berdiri.
Minum air putih, konsumsi makanan dalam jumlah kecil, dan menggunakan tongkat atau alat bantu jalan merupakan cara untuk mengatasi penurunan tekanan darah setelah berenang.
Hipotensi ortostatik ringan biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit setelah berenang.