Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyamuk Wolbachia, Apakah Berbahaya? Begini Kata Peneliti Independen

Kompas.com - 01/12/2023, 09:01 WIB
Agustin Tri Wardani,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nyamuk wolbachia adalah adalah salah satu terobosan teknologi yang diterapkan untuk mencegah DBD atau penyakit demam berdarah dengue.

Sejak diujicobakan pada 2011, Kementerian Kesehatan pada 2023 bakal menerapkan teknologi ini di lima kota yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.

Lantas, penerapan teknologi nyamuk wolbachia apakah berbahaya? Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan peneliti independen lewat artikel berikut ini. 

Baca juga: 4 Manfaat Nyamuk Wolbachia dalam Pengendalian DBD menurut Ahli

Nyamuk wolbachia, apakah berbahaya?

Peneliti independen dari Tim Analisis Risiko Pelepasan Nyamuk Aedes aegypti Ber-wolbachia, Prof. Ir. Damayanti Buchori, MSc., PhD menyampaikan, hasil kajian menunjukkan nyamuk wolbachia relatif aman dan umumnya tidak berbahaya. 

"Risiko pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia menyebabkan dampak negatif dalam kurun waktu 30 tahun yang akan datang dapat diabaikan (tidak berisiko)." jelas Prof Dami, panggilan sapaannya, saat berbincang di seminar daring yang digelar Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (29/11/2023).

Lebih lanjut pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menjelaskan, tim independen yang terdiri atas 24 ahli bentukan pemerintah telah melakukan penelitian analisis risiko pelepasan nyamuk Aedes aegypti sejak 2016. 

Berdasarkan riset yang dilakukan ahli, terdapat 56 potensi risiko penerapan teknologi ini yang dapat teridentifikasi dalam kurun waktu 30 tahun mendatang. 

Potensi atau bahaya nyamuk wolbachia ini dapat ditilik dari faktor pengaruh ekologis, efikasi pengelolaan nyamuk, pengaruh pada kesehatan, dan pengaruh ekonomi sosial budaya masyarakat. 

Untuk pengaruh efikasi pengelolaan nyamuk dan pengaruh ekonomi sosial budaya, hasil pengujiannya menghasilkan matriks risiko rendah, artinya risikonya ada tapi rendah.

Sedangkan, untuk pengaruh ekologis dan kesehatan masyarakat menunjukkan matriks risiko yang negligible alias risiko sangat kecil yang dapat diabaikan.

"Overall ketika dihitung, risiko nyamuk wolbachia di atas dapat diabaikan," jelas Dami.

Prof. Dami menambahkan, timnya juga menganalisis adanya potensi risiko konflik sosial mengenai respons masyarakat dalam menanggapi teknologi nyamuk wolbachia ini.

Meskipun ada potensi, ia menyebutkan risiko resistensi dari masyarakat bisa diantisipasi dengan pendekatan lewat jalur sosialiasi agar masyarakat dapat teredukasi dengan baik.

Baca juga: Kenali Apa Itu Nyamuk Wolbachia dan Cara Kerjanya

Riset potensi bahaya nyamuk wolbachia

Melansir National Environment Agency, sejumlah penelitian juga membuktikan bahwa nyamuk wolbachia terbukti aman dan tidak membahayakan manusia atau lingkungan.

Manusia dan hewan yang terus-menerus terpapar gigitan nyamuk wolbachia tidak berpotensi mengalami penularan bakteri wolbachia ketika digigit nyamuk.

Sebuah penelitian tahun 2010 menemukan bahwa, sukarelawan yang terpapar gigitan nyamuk betina ber-wolbachia tidak menunjukkan respons imun terhadap bakteri wolbachia.

Selain itu, bakteri wolbachia hanya bisa bertahan hidup di dalam sel serangga, dan bakteri ini dapat turut mati jika serangga inangnya mati.

Berdasarkan kesimpulan dari beberapa ahli di atas, hasil kajian analisis risiko yang dilakukan oleh sejumlah pakar menunjukkan bahwa teknologi nyamuk wolbachia ini tidak berbahaya dan relatif aman.

Baca juga: Peneliti: Nyamuk Wolbachia Tidak Sebabkan Japanese Encephalitis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com