KOMPAS.com - Gagal ginjal merupakan penyakit berat. Penderitanya harus menjalani cuci darah atau hemodialisis seumur hidup. Penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Indonesia adalah 0,38 persen dan angkanya terus meningkat.
Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2020 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani cuci darah adalah 61.786 orang.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan gaya hidup yang tidak sehat memicu berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Pada akhirnya, penyakit-penyakit kronis tersebut memicu masalah ginjal.
"Sekarang yang paling banyak hipertensi dan diabetes sebagai penyebab penyakit ginjal. Sementara hipertensi kita di Indonesia tinggi, apalagi diabetes. Seiring dengan dua penyakit itu tinggi, tentu penyakit ginjal naik juga," ucap dr. Maxi pada acara peringatan perayaan Hari Ginjal Sedunia 2024 di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Baca juga: Tanda-tanda Penyakit Ginjal yang Harus Diperhatikan
Ketua Umum PERNEFRI dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, menekankan pentingnya skrining dan deteksi dini penyakit ginjal untuk mencegah gagal ginjal meski merasa sehat. Apalagi gagal ginjal di stadium awal seringkali tidak menimbulkan gejala.
“Skrining penyakit ginjal kronik dari cek kesehatan itu penting sekali. Dengan hanya pemeriksaan darah dan urin, pemeriksaan sederhana sudah bisa mengetahui apakah berpotensi gagal ginjal atau tidak,” ucapnya.
Masyarakat yang memiliki risiko tinggi menderita PGK seharusnya melakukan pemeriksaan berkala.
Adapun risiko tinggi dari penyakit ginjal, yaitu mereka yang berusia lebih dari 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan masyarakat yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan, antara lain, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan urine, dan pemeriksaan uji pembersihan kreatinin.
“Kalau kita bisa deteksi lebih dini, masa hidup akan lebih panjang lagi. Sehingga waktu yang kita bisa cegah untuk menjadi gagal ginjal makin panjang, yang berarti bebas dari terapi pengganti ginjal,” papar dr.Pringgo.
Baca juga: Macam-macam Penyakit Ginjal yang Umum Beserta Gejalanya
Selama tiga dekade terakhir, upaya pengobatan PGK berpusat pada persiapan dan pemberian terapi pengganti ginjal. Namun, terobosan terapeutik akhir-akhir ini menitikberatkan pada pencegahan atau menghambat progresivitas dan mengurangi komplikasi seperti penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal, yang pada akhirnya memperpanjang kualitas hidup pasien dengan PGK.
Deputi Direksi Bidang Penjaminan Pembiayaan Manfaat BPJS Kesehatan Ari Dwi Aryani mengatakan, BPJS menjamin seluruh biaya pemeriksaan hingga pengobatan penyakit ginjal, bahkan hingga cangkok ginjal.
“Sepenuhnya dijamin oleh BPJS Kesehatan. Mulai dari skrining, yang belum sakit yang masih sehat bisa melakukan skrining dan dijamin oleh BPJS Kesehatan,” ucapnya pada acara yang sama.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes. menyebutkan berbagai alat-alat yang dibutuhkan untuk skrining dan deteksi dini PGK sudah disediakan di kabupaten/kota sehingga dapat menjangkau masyarakat luas.
Baca juga: Mengenal Gagal Ginjal Membuat Penderitanya Berisiko Cuci Darah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.