Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Mental Bukan Cuma Terbentuk dari Pikiran

Kompas.com - 06/08/2024, 08:57 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Tubuh kita tidak terdiri dari bagian-bagian yang terpisah. Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa tubuh dan pikiran saling terhubung.

Penelitian terkini telah berkembang pesat dengan temuan klinis yang mendukung klaim tersebut secara ilmiah.

Misalnya, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, González dan Tarraf (2013) menemukan bahwa orang dewasa dan usia pertengahan yang masuk dalam kriteria mengalami gangguan depresi mayor, dua pertiganya mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah.

Hasil penelitian tersebut memperkuat teori bahwa tubuh dan pikiran saling mencerminkan dan memengaruhi satu sama lain.

Praktisi perawat dan pemilik klinik A New Way Healtcare, Ana Stauch mengatakan, ia sering melihat dampak fisik dari kesehatan yang tidak seimbang.

Ia mencatat bahwa banyak orang datang kepadanya dengan keluhan kecemasan, depresi, mudah tersinggung, dan masalah suasana hati lainnya. Ia menjelaskan bahwa biasanya semua ini merupakan gejala dari masalah yang lebih besar.

Baca juga: 2 Perbedaan antara Depresi dan Gangguan Perubahan Mood

Disfungsi tiroid, gangguan hormon adrenal, serta ketidakseimbangan hormon-hormon lain, merupakan penyebab utama dari masalah suasana hati.

"Salah satu sumber utama dari berbagai masalah itu adalah kesehatan usus. Hampir 90 persen hormon serotonin dibuat di usus, jadi setiap gangguan keseimbangan di usus akan berpengaruh pada mood kita," katanya.

Gangguan pada pada usus, terutama inflamasi, akan menyebabkan heartburn, perut sering kembung dan bergas, diare, atau konstipasi.

Ada miliaran mikroba yang hidup di usus kita dan berpengaruh besar pada kesehatan fisik dan mental.

Untuk menjaga mikroba usus tetap seimbang, kuncinya adalah mengonsumsi makanan utuh atau belum banyak diproses, serta makanan berbasis nabati seperti sayur, buah, dan kacang-kacangan. Konsumsi pula air putih yang cukup dan juga probiotik.

Baca juga: Ini 13 Penyebab Gangguan Kecemasan yang Perlu Diketahui

Tubuh yang bugar, jiwa yang bahagia

Stauch menekankan pada kliennya yang mengalami masalah mental, melakukan sesi terapi untuk mengurai trauma dan luka batin saja tidak akan cukup jika ingin mendapatkan kesehatan yang utuh, fisik dan jiwa.

Menjaga kesehatan fisik juga berarti menjaga kesejahteraan mental. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa aktivitas fisik dapat membantu mengurangi gejala depresi, stres, dan kecemasan.

Belakangan ini banyak media yang mengangkat tentang meningkatnya kasus gangguan mental pada anak dan remaja, seperti kasus depresi atau bunuh diri.

Di lain pihak, generasi saat ini memiliki gaya hidup kurang bergerak karena semua hal bisa dilakukan tanpa kita perlu beranjak dari kursi atau tempat tidur, termasuk sekolah selama pandemi.

Para ahli memperkirakan kebiasaan kurang bergerak itu berdampak negatif pada kesehatan fisik, mental dan emosional.

Baca juga: Apa yang Dirasakan Orang Depresi? Berikut Penjelasannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau