Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tubuh Punya Pertahanan Hadang Abu Vulkanik

Kompas.com - 05/11/2010, 13:24 WIB

KOMPAS.com Warga DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah beberapa minggu terakhir ini harus berhadapan dengan hujan abu akibat letusan eksplosif Gunung Merapi. Letusan tersebut bukan hanya berisi material, melainkan juga mengeluarkan gas racun dari rekahan gunung. Salah satu konsekuensi yang harus dihadapi warga adalah ancaman gangguan pernapasan.

Debu dari letusan gunung berapi, menurut dr Mukhtar Ihsan, spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, termasuk ke dalam polusi udara yang sifatnya alamiah. Jenis polusi udara alami lainnya adalah asap akibat kebakaran hutan.

"Letusan gunung berapi menimbulkan polusi karena adanya gas-gas yang berbahaya, biasanya karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), hidrogen klorida (HCL), dan masih banyak lagi yang keluar bersama material," katanya ketika dihubungai Kompas.com.

Beberapa gunung yang mempunyai karakteristik letusan gas beracun antara lain Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara, Dieng di Jawa Tengah, serta Gunung Papandayan dan Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat.

Selain gas, letusan Merapi juga membawa partikel-partikel padat berukuran besar, seperti batu atau kerikil, sampai debu-debu halus yang biasanya mengandung silika. Dengan kata lain, polutan dari letusan gunung ada yang berbentuk gas beracun, suhu panas, hingga partikel.

"Semua polutan itu bisa dihirup oleh pernapasan kita. Bila gas beracun ada dalam konsentrasi tinggi, tentu akibatnya fatal, seperti halnya awan panas," katanya. Sementara itu, debu-debu bisa terhirup sampai masuk ke paru, bahkan ke alveoli (saluran pernapasan terkecil).

Sebenarnya, sistem pernapasan kita memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang mencegah benda asing memasuki paru. Namun, beberapa zat beracun, seperti juga asap rokok, bisa mengganggu fungsi pertahanan tersebut.

Akibatnya adalah gangguan pernapasan seperti sesak napas, batuk, hingga infeksi pernapasan akut (ISPA). "Pada umumnya, daya tahan tubuh pengungsi lebih lemah karena kelelahan dan kurang asupan makanan bergizi. Akibatnya, mereka juga rentan terkena infeksi," katanya.

Untuk mengurangi gangguan penyakit pada pernapasan, yang paling penting adalah menjauhi sumber polutan, dalam hal ini menjauh dari Gunung Merapi. "Makin jauh dari sumber polutan, makin kecil konsentrasi zat-zat berbahayanya," paparnya.

Tindakan lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan masker untuk menyaring partikel-partikel halus. "Sebenarnya yang paling bagus adalah jenis masker N95. Namun, masker ini tidak nyaman dipakai dan harganya mahal. Untuk sementara, pakai masker bedah itu juga tidak apa-apa daripada tidak sama sekali," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau