KOMPAS.com - Amerika Serikat mencatat kematian pertama akibat flu burung (H5N1), seperti dicatat oleh Louisiana Department of Health (LDH), Senin (6/1/2025) waktu setempat.
Dikutip dari Washington Post, Selasa (7/1/2025), kasus ini terjadi di Louisiana, melibatkan seorang pasien berusia lebih dari 65 tahun yang memiliki penyakit penyerta.
Menurut laporan, pasien tersebut terpapar virus melalui kontak dengan unggas di peternakan kecil pribadi dan burung liar di sekitarnya.
Flu burung bukanlah penyakit baru. Virus H5N1 pertama kali muncul pada tahun 1997 dan telah menyebar ke berbagai benua melalui migrasi burung.
Menurut World Health Organization (WHO), sejak kemunculannya, hampir 1.000 kasus manusia dilaporkan di 24 negara dengan tingkat kematian mencapai hampir 50 persen.
Baca juga: Kemenkes Pastikan Kasus Flu A dan HMPV Belum Ditemukan di Indonesia
Kasus kematian akibat flu burung di Louisiana ini menjadi perhatian besar karena menunjukkan dinamika kompleks dari virus H5N1.
Analisis genetik yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkap bahwa virus yang menginfeksi pasien mengalami mutasi tertentu.
Mutasi ini memungkinkan virus lebih mudah menempel pada sel-sel di saluran pernapasan atas manusia, sesuatu yang jarang terjadi pada virus flu burung umumnya.
Mutasi tersebut kemungkinan besar muncul selama proses replikasi virus di dalam tubuh pasien.
Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa mutasi serupa tidak ditemukan pada unggas yang ada di properti pasien maupun wilayah sekitar, memperkuat kesimpulan bahwa perubahan ini terjadi secara spesifik pada tubuh pasien.
Meski mutasi tersebut menunjukkan potensi peningkatan kemampuan infeksi pada manusia, tidak ada bukti yang mengindikasikan penularan antar manusia.
Dalam kasus ini, virus tetap mengikuti pola penularannya yang khas, yaitu melalui kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi.
Hal ini menjadi kabar baik karena risiko pandemi akibat H5N1 tetap rendah.
Meski begitu, fakta bahwa virus dapat bermutasi selama menginfeksi manusia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap penyebaran virus ini.
Pihak Louisiana Department of Health juga menegaskan bahwa kasus ini adalah yang pertama dan satu-satunya yang terdeteksi di negara bagian tersebut.