Kompas.com - Anak-anak yang menderita henti napas saat tidur (sleep apnea) yang ditandai dengan mengorok, cenderung mengalami gangguan perilaku dibandingkan dengan anak yang bernapas secara normal saat tidur.
Sleep apnea terjadi karena penyempitan jalan napas sehingga kadar oksigen yang dihirup sedikit. Akibatnya kualita tidur anak berkurang.
Setelah mengikuti riwayat kesehatan lebih dari 11.000 anak selama enam bulan, para peneliti menemukan bahwa anak yang mengalami gangguan napas saat tidur cenderung mengalami gangguan perilaku seperti sikap agresif dan hiperatif di usia 7 tahun.
"Ini merupakan bukti paling kuat yang menunjukkan bahwa ngorok, bernapas melalui mulut, dan sleep apnea berdampak serius pada perilaku dan sosial emosional anak," kata Karen Bonuck, pakar kesehatan keluarga dari Albert Einstein College.
Di Amerika, sekitar 1 dari 10 anak sering mendengkur saat tidur dan 2-4 persen diantaranya mengalami sleep apnea. Gangguan napas saat tidur ini paling sering dialami anak berusia 2-6 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada usia lebih muda.
Penyebab gangguan napas paling sering adalah pembesaran tonsil dan adenoids yang ditemukan di bawah kerongkongan. Penyebab lain adalah
obesitas, perubahan tulang tengkorak dan wajah, serta ketidakmampuan otak mengatur napas.
Bonuck merekomendasikan para orangtua yang mencurigai anaknya mengalami gangguan napas saat tidur untuk memeriksakan anaknya ke dokter. Dalam tumbuh kembangnya, tidur yang nyenyak sangat penting untuk anak karena pertumbuhan pesat terjadi saat mereka tidur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.