Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/08/2012, 09:56 WIB

Pendengaran merupakan salah satu indera penting bagi anak dalam menerima informasi dan mempelajarinya. Namun, terkadang kesehatan indera ini terabaikan. Salah satu gangguan pendengaran yang sering ditemui pada anak ialah sumbatan kotoran dalam telinga.

Ketua Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) Damayanti Soetjipto mengatakan baru-baru ini, 30-50 persen anak SD mengalami gangguan pendengaran ini. Kotoran yang menyumpal dan mengeras itu membuat anak sulit mendengar saat di kelas dan terganggu belajarnya.

”Guru yang tak memahami masalah ini beranggapan anak-anak ini tak menyimak, berulah dengan mondar-mandir di depan kelas, dan bodoh. Padahal, ada kotoran yang menyumbat telinga sehingga mereka berusaha mendengar dengan jalan-jalan ke depan kelas dan kesulitan berkonsentrasi,” ujarnya.

Kotoran telinga (serumen) merupakan hasil produksi kelenjar-kelenjar liang telinga, lepasan kulit, dan partikel debu. Baunya yang khas menjaga agar serangga tidak masuk telinga. Serumen lunak dan berwarna coklat kehitaman. Kepadatan serumen dipengaruhi iklim, usia, kondisi lingkungan, dan faktor keturunan.

Serumen berada di sepertiga luar liang telinga. Namun, serumen bisa mengembang sehingga menutup liang telinga dan menyebabkan ketulian ringan hingga sedang. Damayanti mencontohkan, saat anak berenang, kotoran di dalam telinga akan mengembang karena terkena air lalu mengeras. ”Anak-anak di pedesaan yang suka bermain di sungai atau anak-anak pesisir yang sering di pantai dan laut sering mengalami sumbatan kotoran,” ujarnya.

Jika dibiarkan, kotoran itu mengeras dan semakin sulit dikeluarkan. Biasanya, begitu kotoran dikeluarkan, anak segera mendengar lagi. Untuk mengatasi kotoran yang menyumpal, dibutuhkan dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan.

Guna menghindari sumbatan kotoran terlalu lama di telinga, orangtua dan guru diharapkan secara periodik memeriksa telinga anak. ”Hadapkan senter ke telinga anak. Kotoran yang menyumbat akan terlihat berwarna kehitaman,” ujarnya.

Bersihkan dengan benar

Telinga normal pada dasarnya tidak perlu dibersihkan. Telinga mempunyai ”mekanisme membersihkan diri”. Saat kita mengunyah makanan, rahang akan bergerak dan membantu mendorong kotoran keluar.

Jika dirasa perlu membersihkan telinga, menurut panduan Komnas PGPKT, sebaiknya gunakan kapas lidi yang bersih. Masukkan ujung kapas lidi maksimal sedalam 1 cm dan jangan mengorek terlalu kuat. Hindari mengorek-ngorek, membersihkan, dan menggaruk telinga dengan benda runcing, seperti peniti, pena, pensil, jepit rambut, atau korek api, karena sangat berbahaya.

Di samping itu, hindari menetesi telinga dengan cairan minyak, lilin, atau cairan lain karena dapat melukai dan merusak gendang telinga. Waspadai pula jika kotoran telinga berubah warna jadi putih karena kemungkinan terdapat jamur. Keluarnya nanah dapat disebabkan congek atau peradangan selaput lendir rongga telinga.

Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Dedi Kuswenda mengatakan, separuh kondisi gangguan pendengaran sebetulnya dapat dicegah dan diatasi. ”Permasalahan utamanya, kurangnya pengetahuan seputar menjaga kesehatan pendengaran,” ujarnya.

Untuk itu, pemerintah mengutamakan sosialisasi guna mengubah kebiasaan buruk dan meningkatkan kemampuan masyarakat menjaga kesehatan. Gangguan pendengaran sekecil apa pun tak dapat dianggap remeh. Sebab, kesehatan telinga akan memengaruhi kualitas hidup anak. (INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau