Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2013, 10:40 WIB

KOMPAS.com - Semakin meningkatnya kasus penyakit yang makin kebal antibiotik membutuhkan perhatian serius para ahli mikrobiologi klinis, terutama untuk penanggulangan penyakit infeksi. Selain itu diperlukan pula penguatan sistem informasi dan laboratorium untuk mengimbangan kecepatan resistensi beberapa strain mikroba yang resisten.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mewakili Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam pidatonya untuk membuka simposium nasional yang diadakan oleh Indonesia Antimicrobial Resistance Watch (IARW) dan Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Sabtu (23/2/2013) di Jakarta.

"Pemakaian antibiotik dalam tujuh dekade terakhir mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun dengan adanya resistensi mikroba terhadap antibiotik, maka perlu pengendalian. Saat ini penelitian di bidang mikrobiologi klinis masih sedikit sehingga kalah cepat dengan resistensi mikroba," ungkap Linda.

Resistensi mikroba terhadap antibiotik berkembang sangat cepat karena disebabkan berbagai hal, salah satunya ketidakpatuhan pasien terhadap aturan minum antibiotik.  "Jika sudah merasa sembuh, pasien tidak menghabiskan semua antibiotik yang diberikan. Padahal hal itulah yang memicu resistensi," kata Linda.

Selain itu, antibiotik saat ini mudah didapatkan, bahkan dijual bebas. Hal ini membuat masyarakat cenderung untuk menggunakan antibiotik secara tidak rasional. Ditambah penyedia layanan primer yang dengan mudahnya memberikan antibiotik terhadap pasiennya. Penyebab lainnya adalah penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol pada peternakan yang selanjutnya hasil ternak dikonsumsi oleh manusia.

Ketua PAMKI Profesor Sam Suharto mengatakan, untuk memperkuat peran pakar mikrobiologi klinik, dibutuhkan pendidikan yang merata dan lebih banyak di seluruh Indonesia. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah kuantitas dari pakar serta mempermudah penyebarannya.

"Pemberian pendidikan mikrobiologi klinis seharusnya tidak hanya terpusat, tapi dapat menyebar di berbagai wilayah di Indonesia," tandasnya.

Menurut Sam, kualitas riset tentang mikrobiologi klinis juga perlu diperbaiki untuk menjawab tantangan dalam mengontrol resistensi mikroba terhadap antibiotik. Penyebaran informasi tentang hasil riset terkini juga penting, selain dapat menciptakan sinergi dari pakar di berbagai bidang kedokteran yang terkait dengan mikrobiologi, farmakologi, unit perawatan intensif, dan kepakaran bidang terkait, juga dapat bermanfaat sebagai panduan para pemegang kebijakan untuk mengendalikan laju resistensi antibiotik di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau