KOMPAS.com - Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Nur Rahmah Oktariani, Sp.PD, menegaskan bahwa pengendalian penyakit diabetes tidak melulu harus dilakukan dengan terapi obat.
Menurutnya, perubahan gaya hidup justru menjadi langkah awal yang penting dalam mengelola kadar gula darah.
“Sebenarnya pola pengobatannya diabetes itu, yang pertama, kedua, ketiga, itu kan bukan langsung obat. Jadi kita perbaiki dulu gaya hidup. Ada nggak orang-orang yang dia nggak perlu pakai obat tapi dari gaya hidup saja sudah bisa mengontrol kadar gula darahnya? Ada, tapi mungkin tidak mudah ya,” ujarnya, seperti ditulis oleh Antara, Senin (14/4/2025).
Baca juga: Rambut Rontok Bisa Jadi Gejala Gula Darah Tinggi
Nur menjelaskan bahwa peningkatan kadar gula darah bisa dikenali dari sejumlah gejala seperti cepat lapar meski sudah makan, sering merasa haus, sering buang air kecil, hingga mengalami penurunan berat badan tanpa sebab jelas.
Apabila hasil pemeriksaan gula darah menunjukkan indikasi diabetes, maka perubahan gaya hidup menjadi penting.
Hal ini termasuk menghindari kebiasaan sedentari seperti kurang olahraga, terlalu banyak duduk, serta pola makan yang tidak sehat.
Ia juga menganjurkan agar masyarakat rutin melakukan pemeriksaan gula darah, baik secara mandiri menggunakan alat pengukur gula darah di rumah, maupun melalui fasilitas layanan kesehatan.
“Bisa datang ke fasilitas kesehatan terdekat, yang paling gampang mungkin poskes atau ke puskesmas untuk kita cek awal. Kemudian kalau misalnya memang tidak didapatkan tanda-tanda mengarah ke komplikasi, itu bisa dikonsultasikan, diberi rujukan oleh dokter puskesmas untuk ke dokter spesialis di RSUD,” paparnya.
Baca juga: Apa Penyebab Utama Gula Darah Naik? Berikut 10 Daftarnya…
Meski pengendalian gula darah bisa dilakukan dengan pola hidup sehat, dr. Nur menambahkan bahwa pada beberapa kasus, terapi obat tetap dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Kontrol gula darah dengan menggunakan terapi obat biasanya karena membatasi asupan gula dengan pola hidup yang sudah tidak baik di awal mungkin membutuhkan tantangan.
Sehingga terapi obat akan lebih cepat untuk segera memperbaiki kondisi metaboliknya, supaya gula darahnya tidak terus-terusan tinggi yang bisa menyebabkan komplikasinya lebih cepat.
Bagi pasien yang telah didiagnosis mengalami diabetes atau gangguan toleransi glukosa, diperlukan pemeriksaan kadar HbA1c setiap tiga bulan untuk memantau stabilitas kadar gula darah.
Selain itu, evaluasi gaya hidup secara menyeluruh, penerapan pola olahraga teratur, serta pengelolaan stres menjadi faktor penting dalam menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal.
Baca juga: Apa Saja yang Bisa Menyebabkan Gula Darah Naik? Berikut 16 Daftarnya…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.