Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2013, 09:17 WIB

Oleh : Sri Rejeki

Kaki pengkor alias Congenital Talipes Equino Varus atau clubfoot menjadi penyebab terbesar kecacatan musculoskeletal atau otot dan tulang rangka. Prevalensi kasus ini cukup tinggi, yakni 1-2 : 1.000 kelahiran hidup. Artinya, lebih dari 100.000 bayi lahir dengan kaki pengkor per tahun di dunia.

Kondisi di Indonesia kurang lebih sama dengan prevalensi dunia. Sayangnya, tingginya kasus belum diimbangi dengan pengetahuan yang memadai.

Masih sangat sedikit pasien yang datang ke rumah sakit. Padahal, jika penderita ditangani secara tepat sedini mungkin akan meningkatkan peluang mengembalikan bentuk kaki mendekati normal tanpa operasi atau dengan operasi minimal.

”Periode emas penanganan kaki pengkor adalah dua minggu setelah kelahiran. Pasien usia ini biasanya hanya perlu 1-3 kali peregangan dan gips lalu memakai sepatu khusus. Deteksi kelainan ini sebenarnya mudah karena kasatmata,” kata Anung B Satriadi, dokter spesialis pediatri ortopedi pada Rumah Sakit Ortopedi Prof dr R Soeharso Surakarta, Rabu (6/3).

Kaki pengkor yang dibiarkan akan membuat penderita berjalan dengan punggung kaki. Penderita kesulitan mengenakan sepatu bahkan sandal dan beraktivitas dengan leluasa. Kondisi kaki yang cacat kadang membuat penderita minder dan sulit diterima bekerja sehingga produktivitasnya terganggu.

Tanpa operasi

Melalui metode yang dikembangkan oleh Prof Ignacio Ponseti dari Universitas Iowa, Amerika Serikat, kaki pengkor dapat ditangani tanpa operasi. Metode Ponseti diyakini lebih baik bagi pasien. Meski perlu waktu lebih lama untuk menjadi normal, dalam jangka panjang metode ini menghindarkan pasien dari rasa nyeri, kaki kaku, dan lemah.

Adapun metode operasi, meski dapat segera mengoreksi bentuk kaki, dalam jangka panjang membuat pasien merasa nyeri, kaki kaku dan lemah, serta dapat mengalami kerusakan dini sendi. Hal ini berdasarkan penelitian selama 35 tahun terhadap pasien operasi ataupun metode Ponseti.

Kaki pengkor terjadi akibat otot-otot yang lebih pendek dari seharusnya sehingga menyebabkan perubahan bentuk pada sendi dan tulang. Kaki akan melengkung atau memuntir ke dalam. Ini terjadi akibat produksi kolagen yang berlebihan, terutama pada otot kaki bagian tengah dan belakang sehingga otot menjadi kaku dan memendek sehingga menarik tulang ke arah yang tidak normal.

”Belum diketahui pasti penyebab kaki pengkor, namun jika bapak dan ibunya penderita kaki pengkor, 30 persen kemungkinan menurun kepada anaknya. Jika salah satu orangtua saja penderita, 10 persen kemungkinan menurun kepada anaknya. Kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) yang bersifat idiopatik (belum diketahui penyebabnya) merupakan kasus yang paling banyak ditemukan. Kasus kaki pengkor lain, CTEV syndromic, terjadi karena dipicu penyakit lain, misalnya kelainan pada tulang belakang,” kata Anung.

Diregangkan

Kaki pengkor dikoreksi dengan manipulasi berupa peregangan (stretching) bertahap dan mempertahankan hasil manipulasi dengan pemasangan gips hingga ke pangkal paha. Dua langkah ini dilakukan seminggu sekali.

Biasanya setelah 5-6 kali, kaki yang bengkok dan memuntir ke dalam dapat dikoreksi. Bila setelah 5-6 kali gips kaki tidak bisa ditekuk hingga 30 derajat, perlu dilakukan bedah minor untuk memanjangkan otot tumit (tendon Achilles). Bedah ini berupa sayatan sangat kecil sehingga tidak perlu dijahit.

Setelah dibedah, kaki digips selama tiga minggu. Setelah gips dibuka, pasien menggunakan sepatu khusus (foot abduction brace) untuk mempertahankan koreksi bentuk kaki. Sepatu ini digunakan 23 jam per hari selama tiga bulan. Setelah itu, sepatu hanya digunakan saat tidur malam dan siang hingga pasien berusia empat tahun. Pada usia ini, produksi kolagen menurun drastis sehingga bentuk kaki yang dikoreksi akan bertahan.

”Keberhasilan metode ini sangat membutuhkan kesabaran pasien, keluarga, dan tenaga medis karena dilakukan jangka panjang,” kata Anung yang belajar langsung pada Ponseti.

Meski cara ini paling baik untuk bayi di bawah sembilan bulan, terutama dua minggu setelah lahir, metode Ponseti dapat diterapkan tanpa batasan usia. Pasien tertua yang pernah ditangani berusia 16 tahun di Brasil dan RSO Ortopedi Prof dr R Soeharso.

Operasi ekstensif kasus kaki pengkor hanya dilakukan pada kasus untuk pasien usia lebih tua, terlambat ditangani, atau ditangani dengan metode non-Ponseti dan kambuh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com