Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2013, 07:35 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


Kompas.com- Kebersihan di toilet dapat menjadi rantai awal pola hidup bersih dan sehat. Sayangnya, kondisi sebagian besar toilet kita masih jauh dari nyaman, apalagi higienis. Karena itu masyarakat diajak untuk mengubah pola pikirnya untuk menjaga kebersihan toilet.

"Perhatian untuk toilet di Indonesia masih kurang. Kita cuma bisa memakai tapi tidak bisa menjaga," kata Presiden Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso, dalam konferensi pers World Toilet Summit 2013 di Jakarta, Senin (22/7/13).

Naning mencontohkan kebiasaan sebagian orang yang masih suka buang air kecil di lantai toilet. akibatnya  lantai toilet selalu basah. Lantai yang lembab menyebabkan jamur mudah berkembang biak. "Malah ada beberapa kasus orang buang hajat di lantai," katanya.

Kesadaran untuk menjaga kebersihan toilet harus harus diawali dengan mengubah pola pikir masyarakat, salah satunya menghilangkan kebiasaan buang hajat di tempat terbuka. "Budaya ini membuat masyarakat menyamakan toilet dengan alam, sehingga setelah dipakai tak perlu dibersihkan," imbuhnya.

Saat ini diperkirakan masih ada 35-40 juta orang Indonesia yang buang hajat di tempat terbuka. Menurut Naning mengubah perilaku buang air besar wajib dilakukan karena mereka kemungkinan besar melakukan urbanisasi ke kota.

"Di tahun 2025 diperkirakan jumlah masyarakat yang melakukan urbanisasi mencapai 75 persen. Bayangkan kalau semua buang hajat di tempat terbuka, kota jadi kumuh," katanya.

Masyarakat juga perlu diberi pendampingan bagaimana cara merawat toilet, terutama pada toilet komunal yang digunakan bersama. Pendampingan dilakukan tiga bulan yang meliputi cara menggunakan dan menjaga toilet.

"Pengalaman membuktikan masyarakat tidak mau menggunakan toilet bila rusak atau jorok. Lalu mereka kembali buang hajat di tempat terbuka," kata Naning.

Toilet jorok juga menjadi kerugian bagi Indonesia, salah satunya dalam bidang pariwisata.

"Kalau toilet di bandara jorok, maka wisatawan tidak mau datang," kata Direktur Pengembangan Masyarakat Kemenparekraf, Bakrie.

Toilet yang bersih, memungkinkan penggunanya sehat. Sebaliknya, toilet yang kotor menyebabkan penggunanya sakit. Sakit menyebabkan pengguna tidak mampu bekerja dan beraktifitas.

"Masyarakat yang sakit harus ke dokter. Belum lagi nilai investasi yang terhambat. Kerugian akibat toilet kotor ini diperkirakan mencapai 58 milyar rupiah," kata Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum RI, Djoko Mursito.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau