Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2013, 07:36 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Rokok tak hanya membahayakan perokok aktif, tetapi juga mereka yang menghirup asapnya secara pasif. Risiko yang mengancam juga tak kalah berbahaya dibanding perokok aktif. Salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah serangan jantung akibat penyakit jantung koroner (PJK).

“Sekitar 30 persen perokok pasif berisiko terkena serangan jantung. Berbagai zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok mengganggu peredaran darah hingga menyebabkan serangan jantung,” kata spesialis penyakit dalam dari RS Bunda Jakarta dr Erick Purba SpPD.

Berbagai zat dalam asap rokok, terang Erick, menyebabkan pengerasan pembuluh darah koroner (arterosklerosis). Pengerasan yang terdiri atas plak ini akan menghambat aliran darah yang membawa asupan bagi jantung, berupa nutrisi dan oksigen. Akibatnya, jantung tidak mendapat asupan tepat waktu dan mengakibatkan kematian sel. Kematian sel yang semakin luas memicu terjadinya serangan jantung.

Selain zat berbahaya seperti tar dan nikotin, asap rokok juga mengandung karbonmonoksida (CO). Gas CO dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna karena kurangnya oksigen. Selain pada rokok, pembakaran yang tidak sempurna terjadi pada asap knalpot kendaraan bermotor. Gas CO mampu masuk ke dalam aliran darah penghirupnya. Adanya gas CO dalam darah membatasi oksigen yang bisa dibawa hemoglobin, untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Akibatnya pasokan oksigen terganggu, termasuk yang menuju jantung. Hal ini lambat laun mengakibatkan serangan jantung.

Risiko ini didukung penelitian Dr Paul Frey dari divisi kardiologi di San Francisco General Hospital AS. Dalam risetnya, paparan asap rokok selama 30 menit atau kurang dapat menyebabkan gangguan pada aliran pembuluh darah. Hal ini berlaku sama bagi dewasa maupun anak-anak. Dalam riset ini, peneliti mencatat adanya kerusakan pembuluh darah akibat paparan asap rokok.

“Kami mencatat adanya penurunan fungsi pembuluh darah yang signifikan pada perokok pasif. Hal ini diakibatkan kerusakan pembuluh darah yang memicu terjadinya arterosklerosis,” kata Frey.

Dalam kajiannya, peneliti menggunakan mesin merokok dan meneliti dampak asap yang ditimbulkan. Riset melibatkan 33 partisipan sehat yang merupakan perokok pasif berusia 18-40 tahun. Para perokok dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat paparan, yaitu saat udara bersih, paparan rendah seperti di rumah atau restoran, dan paparan tinggi seperti di bar atau kasino.

Hasilnya, perokok pasif berisiko mengalami penyempitan pada pembuluh darah utama di lengan atas (arteri brakialis). Hal ini terjadi akibat lapisan dalam pembuluh darah tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Risiko bisa dialami kendati paparan hanya terjadi dalam waktu singkat.

Menanggapi hal ini, Erick menyarankan perokok pasif untuk menghindari sejauh mungkin perokok aktif. Selain itu, perokok pasif harus mengonsumsi asupan bernutrisi seimbang untuk mengahalau efek merugikan radikal bebas.

“Makan sebanyak mungkin buah dan sayuran. Asupan kaya antioksidan ini menangkal efek radikal bebas yang masuk bersama dengan asap rokok. Asupan ini juga meningkatkan sistem imun, sehingga perokok pasif tidak mudah sakit,” kata Erick.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau