Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Baru Kombinasi Obat Sembuhkan Hepatitis C

Kompas.com - 06/11/2013, 12:25 WIB
Wardah Fajri

Penulis

Sumber WebMD
KOMPAS.com - Kombinasi obat dalam satu buah tablet bisa memberikan harapan baru bagi pasien hepatitis C, terutama pada pasien yang tidak dapat merespons terapi yang berlaku saat ini.  

Studi yang dipublikasikan online di The Lancet, 5 November, menunjukkan pil ini mengombinasikan dua obat yang statusnya masih dalam uji klinis dan belum mendapatkan izin untuk dipasarkan ke publik. Kedua obat tersebut adalah sofobuvir dan ledipasvir. Pada tahap uji klinis, kombinasi obat ini menghilangkan virus hepatisis C (HCV) pada hampir seluruh pasien yang mengonsumsinya.

"Sembilan puluh lima persen pasien hepatitis C yang baru menjalani terapi, dan mengonsumsi kombinasi tablet sofosbuvir/ledipasvir selama delapan minggu, sembuh dari HVC. Pada para pasien ini tidak lagi didapati HCV 24 minggu setelah terapi berakhir. Serupa dengan ini, pada pasien yang menjalani terapi lain sebelumnya, dan mengonsumsi sofosbuvir/ledipasvir selama 12 minggu, 95 persen sembuh," ungkap peneliti studi Dr Eric Lawitz, profesor di University of Texas Health Science Center di San Antonio.

Hepatitis C, jika tidak diobati, bisa menyebabkan kerusakan fatal pada liver. Namun, kebanyakan orang belakangan ini terinfeksi hepatitis C tanpa mengalami gejala tertentu. Padahal virus menyebabkan kerusakan jangka panjang, utamanya melukai liver, sebuah kondisi yang disebut cirrhosis.

Terapi baru dengan kombinasi obat ini diharapkan mampu mengobati pasien hepatitis C. Hanya saja, terapi kombinasi obat ini memiliki efek samping akibat penambahan interferon dan protease. Terapi baru ini juga membutuhkan obat-obatan yang kompleks, termasuk pil dan suntikan.

Kurang dari setengah pasien hepatitis C bisa menjalani terapi kombinasi ini. Para pasien ini tidak punya pilihan terapi lain.

"Kami tidak punya pilihan lain. Seperti melukiskan gambar suram untuk pasien ini," kata Dr David Bernstein, kepala divisi hepatologi di North Shore University Hospital, Manhasset, New York.

Lawitz menerangkan, sofosbuvir dan ledipasvir merupakan agen yang melakukan intervensi langsung ke siklus hidup virus hepatitis C.

Para peneliti mengombinasikan kedua obat ini ke dalam satu tablet yang diminum sehari sekali. Penelitian ini melibatkan 100 pasien hepatitis C untuk mencoba terapi baru ini. Termasuk 60 pasien yang tidak pernah terapi dan 40 pasien yang tidak berhasil sembuh dengan terapi yang berlaku saat ini. Beberapa pasien juga mengonsumsi ribavirin, standar terapi terkini, sebagai tambahan pada kombinasi obat tersebut.

Dari sejumlah pasien ini, lebih dari setengahnya yang pernah menjalani terapi, mengalami cirrhosis.

Dalam 12 minggu, hampir semua pasien berada dalam kondisi yang istilah medisnya disebut respon virologi menetap atau SVR. Pada kondisi ini, virus hilang dan mencegahnya mereplikasi. Pasien sembuh secara fungsional.

"Kami mencoba menyembuhkan pasien (yang jumlahnya banyak) dengan obat oral simpel, satu pil sekali sehari tanpa efek samping," ungkap Bernstein.

Namun, studi ini juga menunjukkan adanya gangguan kesehatan pada beberapa pasien terutama yang mengonsumsi ribavirin. Efek samping paling umum adalah mual, anemia, infeksi saluran napas atas, sakit kepala. Meski begitu, dokter menilai sebagian besar tak mengalami masalah ini, sehingga tidak ada satu pun pasien yang harus menghentikan terapi karena adanya efek samping ini.

Menurut Lawitz, terapi hepatitis C terus berubah. "Kita berpindah dari pengobatan dengan suntikan ke era oral dengan terapi kombinasi pil yang menjanjikan kesembuhan," terangnya.

Bagaimana pun, terapi kombinasi obat ini masih dalam tahap evaluasi, uji klinis tahap tiga. Jadi masih terlalu dini untuk mengatakan terapi ini sudah mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration atau FDA, atau untuk mengetahui berapa biayanya.

Lantaran hepatitis C muncul tanpa gejala, Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat merekomendasikan orang dewasa yang lahir pada 1945 hingga 1965, untuk melakukan pemeriksaan virus hepatitis C.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com