Studi kohor prospektif (studi obervasional pada sekelompok orang yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit), menunjukkan pada pasien yang memiliki kebiasaan makan mendekati pola diet mediterania, risiko penyakit ginjal kronis berkurang hingga 50 persen dalam periode tujuh tahun. Sebagai pembanding, kondisi ini tak dialami pasien yang tidak memiliki pola makan kaya asupan buah dan sayur serta tidak menghindari lemak jenuh dalam asupan hariannya.
Minesh Khatri, MD, dan koleganya dari Columbia University Medical Center menyebutkan, meski tidak signifikan, diet mediterania bisa mendorong angka perkiraan kecepatan filtrasi glomeruli atau eGFR sebagai salah satu penanda penyakit ginjal.
Menurut Khatri, saat ini metode pemulihan untuk penyakit ginjal kronis masih sangat terbatas meskipun modifikasi diet masih menjanjikan baik untuk terapi maupun pencegahan.
Sejumlah penelitian juga masih terfokus pada pembatasan protein untuk pasien prakondisi penyakit ginjal. Cara ini masih menunjukkan manfaat yang terbilang sederhana. Namun, pertanyaan yang masih muncul adalah apakah pola diet lain bisa berdampak pada penyakit ginjal? juga apakah pola diet lain bisa mencegah berkembangnya kondisi penyakit?
Secara spesifik, para peneliti kemudian tertarik pada potensi efek diet mediterania untuk penyakit ginjal. Pasalnya, diet ini terbukti punya efek positif pada penyakit kaardiovaskular.
Pada diet mediterania, makanan yang diasup lebih banyak buah, sayur, kacang-kacangan, sereal, ikan, lemak tak jenuh tunggal, serta rendah asupan produk susu, daging, lemak jenuh, dan alkohol. Diet ini banyak dikaitkan dengan kondisi yang lebih baik pada tekanan darah, kolesterol, inflamasi, dan risiko kardiovaskular secara keseluruhan.
Studi kohor prospektif oleh Khatri dan kolega ini menganalisis data dari Northern Manhattan Study (NOMAS), yang melibatkan 3.300 pasien sejak 1993.
Seluruh pasien mengisi kuesioner mengenai frekuensi makanan. Khatri dan kolega kemudian mengembangkan sistem penilaian dengan sembilan poin untuk mengukur sedekat apa pola makan pasien dengan pola diet mediterania.
Penelitian berfokus pada 900 pasien yang menjalani pengukuran fungsi ginjal, dan mengobservasinya selama tujuh tahun.
Catatannya, responden studi kohor ini sangat beragam. Sebanyak 65 persen adalah hispanik, 17 persen kulit hitam, dan 15 persen kulit putih. Usia rata-ratanya 64, dengan tingkat eGFR 83,1 mL/menit.
"Ini mengindikasikan, fungsi ginjal kelompok ini baik, bahkan pada usia ini," ungkap Khatri.
Selama masa penelitian, 14 persen pasien dengan skor diet mediterania rendah memiliki level kejadian penyakit ginjal kronis stadium III.
Penelitian menunjukkan, pasien dengan skor diet mediterania tinggi berisiko lebih kecil mengalami penyakit ginjal kronis.
Semakin tinggi skor diet mediterania, setiap naik satu poin, penyakit ginjal kronis berkurang 17 persen sedangkan pada kecepatan fungsi ginjal berkurang 14 persen untuk setiap satu poin peningkatan skor diet mediterania.
Tren yang juga muncul dari studi ini adalah diet mediterania yang baik juga bisa meningkatkan angka eGFR. Namun, dampaknya tidak signifikan.
Khatri menjelaskan peneliti butuh melakukan studi observasi yang lebih luas dan acak untuk menegaskan hasil temuan ini, sekaligus mulai menyusun mekanisme tindakan yang paling mungkin dilakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.