Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Anak Terbentur Keras, Mungkinkah Gegar Otak?

Kompas.com - 05/12/2013, 17:27 WIB
Wardah Fajri

Penulis


KOMPAS.com
- Aktivitas sehari-hari, terutama saat berkendara, bisa menimbulkan risiko pada anak. Misalnya anak mengalami benturan pada kepala akibat kurangnya perlindungan atau luputnya perhatian orangtua terhadap faktor keamanan si kecil.

Benturan keras dapat menimbulkan risiko cedera kepala yang cukup serius. Jika ini yang terjadi pada si kecil, trauma pada kepala perlu diawasi dalam 24 jam hingga 72 jam pertama. Ini penting karena anak bisa saja mengalami gegar otak, yang gejalanya bisa langsung muncul atau tidak langsung muncul hingga 72 jam setelah kejadian.

Dokter anak spesialis neurologi Attila Dewanti mengatakan, respons terhadap suatu cedera pada otak anak berbeda dengan dewasa. Struktur anatomis anak belum matur dan fisiologi otak anak berbeda dengan dewasa. Karenanya, orangtua perlu mengenali gejala yang harus diwaspadai jika terjadi cedera kepala pada anak.

Menurutnya, orang tua tak perlu panik jika benturan keras menimbulkan benjol, memar, berdarah pada kepala anak. Tanda-tanda ini belum pasti menunjukkan kondisi gegar otak. Tapi lebih dikarenakan adanya pendarahan di kulit kepala.

"Benjol, memar, berdarah, relatif tidak berbahaya, asal anak sadar penuh, tidak muntah, tidak pusing, dan tidak tampak mengantuk terus," terang Attila di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, bukan berarti orangtua tidak waspada. Cedera kepala pada anak perlu terus dipantau. Gejala gegar otak bisa langsung muncul atau tertunda.

Jika terjadi langsung, anak cenderung tidak sadar diri, tidak dapat menggerakkan anggota badan, dan bicaranya terganggu sesaat setelah benturan. Namun, berbagai gejala gegar otak ini bisa tertunda hingga beberapa hari.

Karenanya waspadai jika muncul gejala ini pada anak:

* Tidak sadarkan diri atau kerap bengong.
* Gelisah atau kejang.
* Muntah atau sakit kepala.
* Bicara atau penglihatan terganggu.
* Tangan atau kaki tiba-tiba lumpuh atau berkurang aktivitasnya.
* Pada bayi, cenderung lebih cengeng atau lebih banyak tidur.
* Keluarnya darah atau cairan otak dari hidung, mulut, atau telinga.

Sebaiknya, lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul gejala tersebut, baik yang terjadi langsung mau pun tertunda.

Attila menyarankan, pada anak yang mengalami cedera kepala, CT scan tidak perlu dilakukan dengan beberapa kondisi.

Jika anak berusia di bawah dua tahun, CT scan tidak perlu dilakukan kalau status mental anak normal atau perilakunya normal, tidak hilang kesadaran kurang dari lima detik. Orangtua juga perlu menegaskan kondisi anak kepada dokter, apakah tidak ada hematoma kulit kepala atau tidak ada fraktut tengkorak.

CT-scan juga tidak perlu dilakukan pada anak di atas usia dua tahun jika kondisinya:

* Status mental normal
* Tidak ada pingsan
* Tidak ada muntah
* Tidak ada sakit kepala hebat

Cara terbaik yang bisa orangtua lakukan adalah mencegah terjadinya cedera kepala terutama pada balita.

Karenanya, beberapa faktor risiko cedera kepala pada balita ini sebaiknya dihindari :

* Meninggalkan bayi tanpa pengawasan.
* Pemakaian baby walker.
* Tergelincir di kamar mandi dan di kolam renang.
* Berkendara tanpa car seat.
* Berkendara tanpa sabuk pengaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau