Pada dasarnya, alat ini akan merekam aktivitas seseorang, terutama saat berolah raga. Ada laporan kecepatan, jarak yang ditempuh bahkan hingga perkiraan kalori yang dikeluarkan.
Yang menarik, seiring dengan bangkitnya kesadaran akan kesehatan tidur, laporan yang diberikan juga berupa durasi tidur, kecukupan tidur, bahkan merek tertentu memberikan laporan tahapan tidur. Berapa lama kita tidur dalam, atau berapa lama kita tidur ringan. Tapi benarkah laporan tersebut? Seberapa akurat?
Baca juga: Dewi Yull Ungkap Satu Pesan pada Anak-anaknya agar Tak Membenci Ray Sahetapy Usai Bercerai
Lewat tulisan ini saya akan coba ulas sedikit. Tulisan ini juga sebenarnya jawaban saya atas beberapa pertanyaan teman yang mengirimkan gambar laporan tidurnya lewat sosial media.
Gelang pemantau kebugaran
Sebenarnya, bagaimanakah gelang pemantau ini bekerja? Sensor utamanya bernama accelerometer, berupa sensor yang membaca gerakan. Setiap gerakan, kecepatan, arah dan jarak yang ditempuh direkam dan dilaporkan.
Berdasarkan gerakan dianggap dapat diprediksikan pula seseorang tidur atau tidak. Sementara beberapa produk memprediksikan kedalaman tidur berdasarkan gerakan, hingga dalam pelaporan kedalaman tidur dibagi menjadi tidur ringan.
Baca juga: Lulus Kuliah Jadi CPNS, Ini 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat
Masalahnya, gelang-gelang ini kurang akurat. Gerakan manusia sepanjang tahapan tidur hampir sama. Tahapan tidur pun bukan hanya tidur dalam dan ringan saja.
Tidur manusia
Kedokteran tidur juga menggunakan teknologi accelerometer ini untuk melihat pola tidur, namanya actigraphy. Tapi alat serupa jam tangan ini pun hanya digunakan untuk melihat pola, bukan durasi tidur, terlebih tahapan tidur. Karena kita tahu accelerometer tak bisa diandalkan untuk melihat durasi tidur.
Untuk melihat tidur, kita harus melihat aktivitas gelombang otak saat tidur. Bukan itu saja, parameter lainnya adalah gerakan bola mata dan tegangan otot pada dagu. Untuk melihat semua ini, para ahli menggunakan alat pemeriksaan bernama polisomnografi atau biasa disingkat menjadi PSG.
Baca juga: Cara Terdaftar Jadi Penerima Dana PIP, Siswa SD-SMA Ikuti Langkah Ini
Sekelompok peneliti dari the West Virginia University, di tahun 2011 telah melakukan perbandingan antara salah satu merk pemantau kebugaran dengan polisomnografi. Hasilnya, alat pemantau kebugaran kelebihan mendata tidur rata-rata 67 menit dibanding PSG.
Tahapan tidur
Berdasarkan gelombang otak tidur dan parameter lainnya, tahapan tidur dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu tidur R dan NonR. R merupakan kependekan dari tidur REM, Rapid Eye Movement. Lalu tidur NonR dibagi lagi menjadi tahap N1, N2 dan N3.
Semua tahapan tidur ini berjalan naik turun kecuali N1 yang secara normal hanya ada di awal tidur. Diawali saat menutup mata, pikiran mulai berlompatan dan kita merasa sangat rileks. Kita masih cukup sadar dengan lingkungan sekitar kita, tetapi orang lain melihat kita sudah tertidur.
Baca juga: Pintu Air Sunter Hulu Siaga Satu, Warga Jakarta Diminta Waspada Banjir