Menurut dokter konsultan ginjal hipertensi, Parlindungan Siregar, penyakit tertentu memang dapat mempengaruhi frekuensi berkemih. Seperti infeksi saluran kencing yang mengakibatkan frekuensi berkemih semakin sering.
"Namun jika seseorang sehat, minumnya banyak, maka seringnya berkemih bukan jadi tanda-tanda dari penyakit ginjal," tutur dia dalam dalam seminar media bertajuk "Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2014: Penyakit Ginjal Kronik dan Penuaan" di Jakarta, Kamis (13/3/2014).
Parlindungan menjelaskan, semakin seseorang banyak minum maka osmolaritas darah menurun. Sehingga tidak ada rangsangan hormon antidiuretik (ADH) pada otak. Maka air hasil minum segera dikeluarkan melalui urine.
Berbeda dengan jika seseorang sedikit minum, maka osmolaritas darah meningkat. Karena itu, ada rangsangan ADH di otak sehingga air minum tidak langsung dikeluarkan melalui urine.
ADH merupakan hormon yang ada di bagian otak yang disebut hipotalamus. Parlindungan menjelaskan, hormon tersebut berfungsi untuk membuat saluran-saluran ke aliran darah dalam proses penyerapan cairan.
"Rangsangan otak produksi ADH sangat dipengaruhi oleh kebutuhan cairan oleh tubuh. Semakin banyak minum, kebutuhan tubuh terhadap cairan menurun, maka orang mengeluarkan urine lebih banyak," terangnya.
Menurut Parlindungan, rekomendasi minum air baik dari minuman atau makanan orang di bawah usia 60 tahun adalah antara 2-3 liter dalam satu hari. Jika seseorang minum sesuai dengan rekomendasi tersebut, maka wajar bila mengeluarkan cukup banyak urine.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.