Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/03/2014, 09:06 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Ginjal memiliki peranan penting dalam sistem metabolik tubuh manusia.  Organ tubuh ini menjadi penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah, serta berfungsi menjaga keseimbangan volume dan komposisi cairan tubuh. Namun, di saat seseorang sering berkemih, bagaimana kesehatan ginjal sebenarnya?

Menurut dokter konsultan ginjal hipertensi, Parlindungan Siregar, penyakit tertentu memang dapat mempengaruhi frekuensi berkemih. Seperti infeksi saluran kencing yang mengakibatkan frekuensi berkemih semakin sering.

"Namun jika seseorang sehat, minumnya banyak, maka seringnya berkemih bukan jadi tanda-tanda dari penyakit ginjal," tutur dia dalam dalam seminar media bertajuk "Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2014: Penyakit Ginjal Kronik dan Penuaan" di Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Parlindungan menjelaskan, semakin seseorang banyak minum maka osmolaritas darah menurun. Sehingga tidak ada rangsangan hormon antidiuretik (ADH) pada otak. Maka air hasil minum segera dikeluarkan melalui urine.

Berbeda dengan jika seseorang sedikit minum, maka osmolaritas darah meningkat. Karena itu, ada rangsangan ADH di otak sehingga air minum tidak langsung dikeluarkan melalui urine.

ADH merupakan hormon yang ada di bagian otak yang disebut hipotalamus. Parlindungan menjelaskan, hormon tersebut berfungsi untuk membuat saluran-saluran ke aliran darah dalam proses penyerapan cairan.

"Rangsangan otak produksi ADH sangat dipengaruhi oleh kebutuhan cairan oleh tubuh. Semakin banyak minum, kebutuhan tubuh terhadap cairan menurun, maka orang mengeluarkan urine lebih banyak," terangnya.

Menurut Parlindungan, rekomendasi minum air baik dari minuman atau makanan orang di bawah usia 60 tahun adalah antara 2-3 liter dalam satu hari. Jika seseorang minum sesuai dengan rekomendasi tersebut, maka wajar bila mengeluarkan cukup banyak urine.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com