Namun menurut Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menegaskan, korelasi antara harga dan keampuhan obat tak bisa disamaratakan.
“Tak bisa disebut bahwa obat A itu lebih mahal, berarti lebih ampuh. Karena itu memerlukan evidence based tergantung kasusnya,” ujarnya.
Di sisi lain, efisiensi biaya pengobatan juga tak melulu dengan cara memilih obat murah. Intinya, efisiensi pengobatan tak selalu masalah kuantitas, melainkan juga kualitas. Apa saja yang dapat dilakukan agar obat lebih mempercepat penyembuhan ? Berikut saran Nurul Falah.
1. Tahu Obat yang Cocok
Pasien harus mengetahui obat yang cocok untuknya dengan cara menandai senyawa aktif dalam obat, dan bagaimana pengaruhnya untuk tubuh.
Pasalnya, obat seperti parasetamol saja diproduksi oleh banyak produsen, dan bisa saja ada satu produsen yang paling cocok untuk pasien . Produsen ini, bisa juga berhubungan dengan harga jual obat tersebut. Sehingga jika pasien mengetahui obat yang sesuai untuknya , maka pengobatan bisa lebih efektif karena obat yang tepat pun mempercepat atau memaksimalkan kesembuhan .
2. Patuh Konsumsi Obat
Saat dikonsumsi, obat akan memberikan reaksi darah pada reseptor. Sehingga saat konsumsi obat tidak disiplin , maka kondisi darah pun tak seperti yang seharusnya. Lebih lanjut, obat itu bisa dikatakan tak manjur karena tak berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.
Oleh karena itu, Nurul Falah menegaskan, berhemat saat pengobatan tak hanya dengan cara memilih obat berdasarkan harga semata. “Jika kita memilih obat yang ampuh dan mahal, tapi justru tak dikonsumsi dengan disiplin , maka percuma. Keampuhannya tak bermanfaat secara maksimal bagi tubuh.”
3. Rekaman Pengobatan
Biasakan membuat medical record untuk mencatat obat apa saja yang dikonsumsi dan bagaimana pengaruhnya pada tubuh. Lebih lanjut, catatan ini akan sangat berguna bagi pemberian obat di kemudian hari. Pemberian obat yang salah atau tak cocok akan memperpanjang waktu pengobatan sekaligus menambah biaya penyembuhan.