Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/09/2014, 15:36 WIB
Kevin Sanly Putera

Penulis

Sumber CBS News

KOMPAS.com - Kebanyakan anak-anak yang mengalami gangguan autisme baru didiagnosis ketika mereka berusia tiga atau empat tahun. Padahal, banyak bukti yang menunjukkan deteksi dan intervensi sejak dini bisa menurunkan gejala autisme.

Jika gejala autisme diketahui sejak anak usia sangat dini, yakni usia 6 bulan, perkembangan anak bisa lebih pesat bahkan gejala autisme yang dialaminya bisa hilang.

Menurut studi yang dimuat dalam Journal of Autism and Developmental Disorders, sebagian anak yang mendapat intervensi atau terapi sejak bayi, sudah tak lagi menunjukkan gejala autisme di usia 3 tahun.

Studi tersebut mempelajari tujuh anak usia 7-15 bulan dengan gejala autisme yang menjalani terapi selama 12 minggu. Kemudian keluarga melanjutkan program terapi ini. Peneliti lantas mengikuti perkembangan si anak selama tiga tahun.

Walau anak-anak yang didiagnosis autisme itu sudah menunjukkan gejala jelas pada usia 9 bulan, namun terapi tersebut membuat gejala autisme berkurang ketika anak-anak itu menginjak usia 18 dan 36 bulan. Secara keseluruhan, anak yang mendapat penanganan dini di tahun pertama hidupnya akan lebih sedikit mengalami keterlambatan berbahasa dan kelambatan perkembangan lainnya.

"Sebanyak 6 dari 7 anak yang menjalani terapi kini sudah dapat mengejar kemampuan belajar dan berbahasa normal di usia dua menuju tiga tahun," ungkap ketua penelitian, Sally J Rogers, profesor ilmu psikiater dan perkembangan di Universitas Kalifornia.

"Bahkan mereka yang mengidap gangguan spektrum autis (ASD) sudah tidak didiagnosis lagi," katanya.

Direktur pelayanan anak dan bayi di Pusat Evaluasi dan Rehabilitasi Anak Universitas Albert Einstein, dr. Lisa Shulman mengatakan, meskipun sampel penelitian tersebut jumlahnya kecil, tapi hasilnya sesuai dengan apa yang ia dan pasiennya alami, yakni penanganan dini dapat mengubah hidup anak autisme.

"Penelitian ini menjadi pelopor yang menyatukan beragam aliran penelitian terkait," kata dr. Shulman.

Tanda autisme

Banyak orangtua dan dokter menganggap gejala-gejala autisme tidak akan terjadi di bulan-bulan awal kehidupan bayi.

"Kebanyakan anak autis cenderung fokus berlebihan dan tertarik pada hal yang berada di luar interaksi sosial. Perkembangan mereka semakin menyimpang seiring waktu," ungkap dr. Shulman.

Menurutnya, bayi yang autis akan menunjukkan beberapa tanda yang sama dengan anak-anak autis yang lebih besar. Dokter mengelompokkan mereka ke dalam "tanda yang positif" dan "negatif".

Contoh tanda positif autisme adalah perilaku anak yang menonjol, biasanya berupa fiksasi visual. Mereka tidak suka melihat wajah dan lebih tertarik melihat obyek lain dalam waktu yang lama, biasanya obyek bergerak. "Mereka bisa saja melihat kipas yang berputar dalam waktu sangat lama," kata Shulman.

Bayi juga dapat menunjukkan keinginan yang berulang-ulang, seperti memutar atau menekan sebuah obyek, atau membuka tutup sesuatu berulang kali. Menurut dr. Shulman, beberapa kebiasaan ini normal. Namun, bila seorang anak melakukannya secara berlebihan, orangtua harus waspada.

Orangtua juga perlu mewaspadai "tanda negatif", seperti gagal mencapai milestone tertentu sehingga mengganggu kemampuan berkomunikasinya. Mereka jadi terlambat berbahasa seperti sulit mengucapkan huruf mati.

"Ada pula yang kurang menunjukkan bahasa tubuh. Misalnya mereka tidak melambaikan tangan atau tidak mengangkat tangannya ketika hendak digendong," kata dr. Shulman.

Secara umum, anak autis kurang tertarik bersosialisasi. Mereka mungkin tidak akan tersenyum saat orangtuanya memancing tawa mereka, atau tidak menyahut ketika dipanggil namanya.

Peneliti mengklaim bahwa peran orangtua sangat besar dalam terapi dibanding dokternya sendiri. "Orangtualah yang menentukan keberhasilan terapi. Saat mereka bermain, mengganti popok, memberi susu, atau berjalan bersama, saat itulah yang penting dan tidak tergantikan untuk bayi-bayi itu," kata Rogers.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau