Kecintaan Laila pada olahraga bermula dari lingkungan keluarganya. Perempuan kelahiran 31 tahun silam ini pernah tinggal di Boston, Massachuset, Amerika Serikat. Saat itu ia tinggal bersama keluarga tantenya yang sudah menjalani pola hidup sehat.
“Keluarga tante, termasuk anak-anaknya, suka olahraga. Saat saya dan kakak pindah ke sana, saya terpicu untuk ikutan,” ujarnya.
Ia mulai mengenal zumba dari tantenya yang juga seorang instruktur olahraga tersebut. “Di dekat rumah ada community center yang menawarkan kelas zumba. Saat itu saya berusia 24 tahun dan sudah kerja. Setiap pulang kantor, sekitar 3-4 kali seminggu, ikut kelas zumba bareng tante dan sepupu. Akhirnya ketagihan karena seru,” tutur Laila.
Selain karena gerakannya yang merupakan kombinasi dari dance dan aerobik, lagu-lagu yang dipakai mengiringi zumba menjadi alasan Laila makin menyukai olahraga ini.
“Kalau buat saya, zumba itu sisi modern dari aerobik. Aerobik sudah ada dari lama dan mungkin (lagunya) lebih disko. Zumba lebih latin, salsa, merengue. Kebetulan zumba ini membebaskan instruktur untuk memilih lagu yang disukai murid juga. Dari sana muncul ikatan atau kedekatan dengan lagu dan olahraganya,” ungkapnya.
Tak pernah terbesit di pikiran Laila untuk berkarier di dunia olahraga. Apalagi sebelumnya ia bekerja di bidang finansial. Tetapi kecintaannya pada olahraga ini membuatnya berani banting setir.
"Awalnya aku ambil pelatihan zumba di AS hanya sebagai investasi. Enggak kepikiran sama sekali sampai bekerja penuh jadi instruktur zumba,” ujar ibu satu anak ini.
Ia mengakui, sebenarnya cukup mudah untuk mendapatkan sertifikasi instruktur zumba. Laila menjalani pelatihan selama satu hari penuh di Amerika Serikat. Dalam program tersebut, ia diajari soal gerakan, pengetahuan tentang otot-otot tubuh, serta bagaimana mendengarkan lagu untuk latihan.
“Tapi saat ini pelatihannya sudah ada di Indonesia, durasinya bisa hingga 2 hari," kata wanita ramah ini.
Akhir tahun 2009, Laila kembali ke Indonesia lalu mulai memperkenalkan zumba kepada teman-teman dekatnya. Ia optimis olahraga ini akan disukai karena gerakannya yang dinamis dan menyenangkan.
“Saya telepon teman-teman untuk mencoba kelas zumba secara gratis. Selama satu bulan mengajar, ternyata mendapat respon yang positif. Semenjak itu, selama satu tahun saya mengajar zumba secara privat,” ujar Laila.
Zumba akhirnya memang mulai berkembang dan kini hampir dikenal para pecinta olahraga. Di bulan Januari 2012, Laila beserta beberapa rekannya membuka studio olahraga, SANA Studio yang menyertakan zumba sebagai latihan utama.
Kini, hari-hari Laila disibukkan dengan mengajar zumba selain juga mengurus anak dan suaminya. Selain mengajar, ia juga mengurus manajemen studionya.
"Setiap kali saya melakukan zumba, saya selalu tersentuh oleh getaran positif dan senyum para peserta zumba. Saya memang ingin setiap wanita merasa percaya diri dengan bentuk tubuhnya," katanya.
Walau sudah tak tinggal bersama keluarga tantenya, tapi sampai saat ini ia masih menjalankan pola makannya secara sehat. “Saya sangat pro makan sehat. Definisi diet buat saya adalah makan makanan yang ada manfaatnya untuk tubuh. Asupan sehari-hari perlu dipikirkan, apa gunanya olahraga tapi tidak didukung dengan makan sehat,” kata Laila.
Ia menekankan, berolahraga tak sekadar memperbaiki bentuk tubuh atau menurunkan berat badan. Prinsip untuk menjalani hidup yang sehat juga perlu dimiliki.
“Karena yang dicari bukan 'saya mau badan bagus' tapi 'saya mau hidup sehat'. Hidup sehat kalau tidak seimbang (antara olahraga dan makan sehat), tidak akan tercapai,” katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)