Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2015, 07:10 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Gagal jantung merupakan masalah serius, tergantung keparahan dan sudah berlangsung berapa lama penyakitnya. Kenali apa saja gejalanya.

Gagal jantung sebenarnya adalah kondisi akhir dari penyakit kardiovaskular yang berkepanjangan. "Ini adalah kondisi di mana kemampuan pompa jantung tidak cukup untuk memompa darah sehingga terjadi bendungan darah," kata dr.Dicky A Hanafi, spesialis pembuluh darah dan jantung dari Bunda Heart Center Jakarta.

Awalnya, gagal jantung akan menimbulkan kelemahan, kelelahan, dan sesak napas. "Cepat lelah juga bisa disebabkan karena kurang olahraga, tapi kalau rasa kelelahan ini terjadi secara tiba-tiba, waspadai," kata Dicky.

Ketika penyakit semakin meningkat, pasien akan lebih sering mengalami sesak sekalipun saat beristirahat. Penderita gagal jantung juga mengalami gejala terbangun dari tidur karena mendadak sesak napas, rasa sesak saat tidur telentang, sesak selera makan menurun, atau pembengkakan pada tungkai bawah.

Gagal jantung disebabkan karena banyak faktor, selain faktor penyakit jantung berkepanjangan, tekanan darah tinggi yang berlangsung lama dan penyakit paru kronis juga memicu kondisi ini.

Penyakit gagal jantung cukup banyak diderita masyarakat. Dalam penelitian di RS Jantung Harapan Kita Jakarta tahun 2013 diketahui, dari 1239 pasien penyakit jantung, ditemukan 516 pasien lemah jantung dan 87 pasien gagal jantung.

"Diagnosis penyakit dilakukan dengan melakukan eletrokardiogram (EKG) untuk menilai kemampuan jantung memompa darah," katanya.

Gagal jantung yang tidak dirawat bisa berakibat fatal. Walau ada obat-obatan untuk memperbaiki fungsi jantung, pasien juga harus mengubah gaya hidup dengan cara memperbaiki pola makan, menurunkan berat badan bagi yang kegemukan, serta berhenti merokok.

"Jika fungsi jantung sangat lemah, dokter akan memasang alat pacu jantung permanen di jantung. Tapi ini juga tergantung pada kondisi tubuh pasien," ujarnya.

Dicky mengatakan, sebenarnya yang terpenting adalah melakukan pencegahan. "Penyakit ini bisa dicegah dengan menurunkan faktor risiko. Jika ada hipertensi, kendalikan tekanan darah. Perbaiki pola makan dan jaga berat badan ideal," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau