Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2015, 15:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea ,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber time.com

KOMPAS.com - Sebagian besar dari kita sangat tergantung pada ponsel. Ilmuwan kemudian mulai mencari tahu apa yang bisa diketahui perihal kesehatan juga suasana hati dari hubungan kita dengan ponsel itu. 

Ternyata, dari ponsel bisa ketahuan jika seseorang menderita depresi. Penilaian depresi dari ponsel ini lebih baik dari penilaian sendiri. Demikian menurut Jurnal Medical Internet Research.

"Kami menemukan semakin sering seseorang menghabiskan waktu dengan ponsel, semakin rentan terkena depresi," kata David Mohr, salah satu peneliti dan direktur Center for Behavioral Intervention Technologies di Northwestern University Feiberg School of Medicine.

Peneliti juga menemukan menghabiskan banyak waktu di rumah ada hubungannya dengan depresi. Data telepon seperti ini dapat memprediksi dengan akurasi 87 persen apakah seseorang mengalami gejala-gejala depresi.

Para peneliti dari Northwestern itu merekrut 28 orang usia 19-58 dari Craigslist dan melengkapi ponsel cerdas mereka dengan perangkat lunak pemonitor lokasi serta pemakaian.

Di awal penelitian, mereka mengikuti kuesioner standar yang mengukur gejala-gejala depresi. Separuh subyek penelitian memiliki gejala, sedangkan setengah yang lain tidak. Selama dua minggu, telepon melacak informasi lokasi GPS setiap lima menit dan mengirim pemakainya pertanyaan-pertanyaan mengenai suasana hati mereka beberapa kali sehari.

Data telepon yang terkumpul ternyata sangat kaya : berapa tempat yang dikunjungi peserta setiap hari, berapa lama mereka menghabiskan waktu di tempat-tempat itu dan seberapa sering mereka menggunakan telepon. Demikian kata Sohrob Saeb, salah satu peneliti dan seorang post doktoral serta ahli komputer dalam kedokteran pencegahan di Feinberg. Kemudian peneliti mengorelasikan data-data ini dengan skor tes depresi mereka.

Peneliti berharap menemukan koneksi antara penanda tujuan perilaku, seperti di mana mereka dan seberapa sering berganti lokasi, dengen hasil tes depresi mereka. "Dengan begitu, data yang diturunkan dari telepon dapat berguna melacak depresi tanpa mereka harus melaporkan perasaan mereka, yang seringkali menjadi penghalang dalam pengobatan depresi," kata Mohr yang sudah meneliti depresi kurang lebih 20 tahun.

Mohr dan kawan-kawannya menemukan korelasi kuat antara penanda tujuan itu dengan depresi. Data telepon ternyata lebih baik daripada pertanyaan harian yang dijawab untuk memprediksi hasil tes depresi.

"Masyarakat yang cenderung menghabiskan waktu hanya di satu atau dua tempat, seperti tinggal di rumah, pergi ke kantor dan pulang ternyata memiliki skor depresi lebih tinggi," katanya.

Perpindahan lokasi juga penting. Orang yang terjebak dalam pola pergerakan teratur ditemukan cenderung tak depresi. "Hal ini sesuai dengan riset klinis badan lebih besar yang membuktikan masyarakat yang mengalami masalah kesehatan mental secara umum, ritme circadian mereka rusak," katanya.

Ritme sirkadian ini biasanya terlihat dari pola tidur dan aktivitas, tetapi para ahli pun melihatnya pada perpindahan ruang geografi. "Ketika seseorang depresi, suasana hatinya juga menghentikan kegiatan rutin mereka," katanya.

Orang depresi ditemukan menghabiskan rata-rata 68 menit untuk menggunakan telepon setiap hari sementara orang tanpa depresi hanya menghabiskan 17 menit. Perangkat lunak tidak melacak apa yang mereka gunakan di telepon, hanya melacak penggunaan.

Namun peneliti punya alasan penggunaan telepon meningkat pada orang depresi. "Satu hal yang kita lihat ketika seseorang depresi adalah mereka cenderung mulai menghindari tugas atau hal yang harus dilakukan, khususnya ketka mereka merasa tak nyaman," jelas Mohr. Main ponsel adalah salah satu cara untuk menghindarinya.

Penelitian ini terhitung masih awal namun ia berharap untuk menambahkan jumlah sensor ponsel pintar dan menggunakannya untuk membantu mengatasi depresi dan mendeteksinya lebih cepat.

"Mampu dengan cepat membawa masyarakat mendapat terapi untuk depresi adalah titik kegagalan kritis dalam kesehatan masyarakat saat ini," katanya. Sebuah aplikasi yang dapat diunduh dari ponsel tanpa harus menjawab pertanyaan mungkin membantu melacak depresi secara efektif agar segera diobati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com