KOMPAS.com - Dalam penelitian yang dipublikasikan pekan ini di Journal of Neuroscience, para ilmuwan menemukan bahwa meditasi tidak bekerja layaknya obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi nyeri, sehingga tidak ada risiko kecanduan obat atau kekhawatiran pada pasien dengan toleransi tinggi terhadap obat berbasis candu.
"Kami telah melakukan beberapa studi menggunakan neuroimaging dan intervensi farmakologis yang menunjukkan bahwa meditasi dapat mengurangi rasa sakit melalui jalur yang sangat unik," kata pemimpin studi Fadel Zeidan, Ph.D., asisten profesor neurobiologi dan anatomi di Wake Forest Baptist Medical Center, kepada FoxNews.com.
"Kita bisa menemukan cara untuk menyembuhkan sakit kronis, walau tidak langsung meredakan sakit, tapi dengan mengurangi aspek yang bisa memperparah nyeri kronis seperti kecemasan, depresi, dan kualitas hidup.”
Setiap kali ada rasa sakit, tubuh menggunakan sistem opioid endogen untuk melepaskan opioid alami yang bertindak sebagai obat penghilang rasa sakit yang ampuh.
Terapi berbasis kognitif seperti hipnotis serta akupunktur telah terbukti bisa menghilangkan rasa sakit melalui penggunaan sistem opioid alami tubuh.
Kini, meditasi mindfulness bisa menjadi pilihan baru yang menarik bagi mereka yang “anti” terhadap obat berbasis opioid dan mereka yang mencari solusi non-adiktif untuk menghilangkan rasa sakit mereka.
"Selama ribuan tahun, para biksu Buddha telah mengatakan bahwa meditasi mampu mengurangi rasa sakit dengan cara yang unik. Dengan munculnya studi neuroimaging dan farmakologis, baru kali inilah kita bisa memeriksa dan memverifikasi apa yang mereka katakan,” lanjut Zeidan.
Studi ini dilakukan seiring dengan dirilisnya pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang menginstruksikan dokter untuk mengurangi penggunaan obat untuk menghilangkan nyeri kronis. Pedoman baru merekomendasikan obat kimia non-opioid, seperti acetaminophen dan ibuprofen, sebagai terapi pilihan.
Opioid—sejenis obat narkotika yang digunakan untuk menghilangkan nyeri kronis—akan ditentukan dalam dosis serendah mungkin dan pasien harus diawasi secara ketat.
Pada tahun 2014, hampir dua juta orang Amerika berusia 12 atau lebih menyalahgunakan atau bergantung pada resep obat opioid yang meliputi heroin, menurut CDC. Penyalahgunaan opioid mendorong rekor kematian di AS akibat overdosis.
Untuk melihat efek meditasi mindfulness, peneliti Wake Forest melibatkan 78 peserta. Peserta diuji untuk merasakan nyeri melalui penempatan probe termal panas pada kulit, di mana tingkat panas bagi kebanyakan orang akan sangat menyakitkan.
Kelompok meditasi diajarkan bagaimana melakukan meditasi sadar, termasuk duduk dengan postur lurus, menutup mata, dan fokus dalam pernafasan. Jika mereka menjadi terganggu, mereka diajarkan untuk mengakui gangguan, tanpa penghakiman, dan kembali fokus pada pernapasan mereka.
Semua peserta kemudian pergi ke klinik di mana mereka diberikan probe termal dan peneliti mengumpulkan peringkat rasa sakit mereka.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa meditasi tidak menggunakan opioid ampuh untuk mengurangi rasa sakit," kata Zeidan. "Jika pasien menemukan manfaat meditasi, mereka akan terus berlatih dan mendapat manfaat yang lebih stabil dan tahan lama.”
Zeidan melanjutkan, peneliti telah mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak lagi bukti, bahwa meditasi mindfulness tampaknya memiliki dampak besar pada fisiologi nyeri, psikologi rasa sakit dan pengalaman subjektif dari rasa sakit.
"Hal terpenting adalah untuk memberikan keyakinan pada orang bahwa mereka dapat mempercayai diri mereka untuk menghilangkan rasa sakit," kata Zeidan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.