Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2015, 07:35 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Meditasi diyakini dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres, serta meningkatkan kesejahteraan emosional. Tapi, apa yang terjadi pada otak selama meditasi? Apakah teknik yang berbeda memiliki efek yang berbeda? Penelitian ilmiah telah menemukan jawabannya.

 

Ada banyak metode meditasi; mindfulness, mantra, dan meditasi yang dipandu instruktur.  Namun menurut para peneliti studi, termasuk Svend Davanger, seorang ilmuwan saraf di University of Oslo di Norwegia, semua  teknik itu dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari dua kelompok meditasi yaitu konsentratif dan nondirective.

 

Para peneliti mendefinisikan, meditasi konsentratif sebagai teknik yang berfokus pada pernapasan atau pemikiran tertentu, yang pada gilirannya, memblokir pikiran lain.

 

Meditasi Nondirective digambarkan sebagai metode yang berfokus pada pernapasan atau pada suara meditasi. Tapi selama latihan ini, pikiran dapat mengembara. Tim peneliti mencatat bahwa beberapa teknik meditasi modern cenderung untuk masuk ke dalam kategori ini.

 

Untuk studi mereka, baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience, para peneliti mengevaluasi 14 peserta yang sangat berpengalaman dalam meditasi Acem (teknik meditasi yang termasuk dalam meditasi nondirective), namun mereka juga terbiasa melakukan meditasi konsentratif.

 

Semua peserta menjalani magnetic resonance imaging (MRI) saat mereka beristirahat. Kemudian, sebagian peserta diminta melakukan teknik meditasi nondirective dan sebagian lagi melakukan teknik meditasi konsentratif.

 

Para ilmuwan menemukan, bahwa ketika peserta berlatih meditasi nondirective, mereka memiliki aktivitas otak yang lebih tinggi di daerah yang terkait dengan pengolahan pikiran dan perasaan, daripada ketika mereka sedang beristirahat.

 

Tapi ketika subjek berlatih meditasi konsentratif, aktivitas otak mereka terlihat sangat rileks, hampir sama seperti ketika mereka beristirahat.

 

Menurut Davanger, temuan ini menunjukkan bahwa meditasi nondirective "menyediakan lebih banyak ruang di dalam otak untuk memroses kenangan dan emosi daripada selama mediasi terkonsentrasi." 

 

Namun dia juga menambahkan, "Otak memiliki aktivitas tertinggi ketika kita beristirahat. Ini merupakan semacam sistem operasi dasar, jaringan yang istirahat  mengambil alih peran ketika tugas eksternal tidak memerlukan perhatian kita."

 

Meditasi menjadi populer di seluruh dunia bersamaan dengan semakin populernya latihan yoga.  Selain bisa mengurangi kadar stres dan meningkatkan kesejahteraan mental, meditasi - terutama meditasi konsentratif terbukti mampu meningkatkan suasana hati dan kualitas tidur para pasien kanker. Demikian temuan dari University of Montreal di Kanada.

 

Anda pun bisa mendapatkan manfaat tersebut dengan rajin berlatih meditasi setiap hari. Banyak orang percaya, waktu terbaik untuk melakukan meditasi adalah di waktu subuh.


Namun, jika Anda tak bisa bangun sepagi itu, lakukanlah meditasi kapanpun di waktu yang menurut Anda paling nyaman. Manfaatnya tidak akan berkurang selama teknik yang Anda lakukan benar. 


Pelajari teknik meditasi dari instruktur terpercaya di pusat kebugaran terdekat dan perdalam ilmu Anda lewat buku atau media lain yang terpercaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau