Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

1 dari 5 Pasangan Menikah Jalani Hubungan Penuh Tekanan

Kompas.com - 03/06/2016, 21:55 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

KOMPAS.com - Hampir tiga juta pasangan menikah di Inggris berada dalam hubungan penuh tekanan, sering bertengkar, hingga mempertimbangkan perceraian. Tekanan menjadi orangtua baru dan tekanan finansial telah membuat 1,4 juta keluarga berada dalam masa kritis karena di ambang perceraian, studi memperingatkan.


Para ahli melaporkan temuan ini dalam Relationship Distress Monitor. Peneliti juga memperingati semua pasangan, bahwa pertengkaran yang berlangsung secara konstan akibat tekanan-tekanan tadi dapat berdampak buruk bagi anak-anak.


Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang penuh tekanan cenderung mendapatkan hasil akademik yang buruk di sekolah dan lebih mungkin untuk jatuh dalam perilaku antisosial dan kejahatan.

Baca juga: Dewi Yull: Telah Berpulang Ray Sahetapy, Ayah dari Anak-anakku


Dr David Marjoribanks yang terlibat dalam penelitian mengatakan, "Ini bukan hanya kondisi hubungan itu sendiri, namun juga konflik yang mengelilingi itu. Ini berarti, bahwa ketika terjadi pertengkaran konstan atau perceraian, kondisi itu tak hanya menyakiti anak-anak, namun lebih dari itu.”


Buruknya lagi, anak-anak yang tumbuh dengan orangtua yang saling bertentangan atau bertengkar, jauh lebih mungkin untuk memiliki masalah kesehatan mental dan fisik, tidak melakukan hal baik di sekolah, bahkan berakhir dengan perilaku antisosial dan kriminalitas.


Untuk melihat kondisi hubungan pernikahan di Inggris, para peneliti menganalisis data dari sebuah studi rumah tangga UK Understanding Society.

Baca juga: 9 Buah Pelancar BAB yang Bantu Bersihkan Usus Kotor


Mereka menemukan, sebelum tahun 2011, terjadi lebih sedikit hubungan yang penuh tekanan. Dan momen menjadi orangtua untuk pertama kalinya, menjadi salah satu peristiwa kehidupan yang paling mungkin mengurangi kualitas hubungan.


Dr Marjoribanks mengatakan, “Ada pola yang menyebabkan semakin banyaknya hubungan yang renggang. Saat ini ketegangan ekonomi semakin meningkat, misalnya masalah pasangan yang berpenghasilan rendah, pengangguran, membangun fasilitas keluarga dari utang, yang akhirnya membuat ketegangan pada hubungan meningkat.”


Menurut survei dari 20.980 orang, 1 dari 10 pasangan menikah melaporkan setidaknya sesekali menyesali menikah atau hidup bersama, sementara 9% mengatakan mereka setidaknya pernah berpikir tentang perceraian atau perpisahan.

Baca juga: Suasana Putra Heights Bak Medan Perang Usai Kebakaran Pipa Gas di Malaysia


Dr Marjoribanks mengatakan, banyak pasangan menderita dalam diam selama bertahun-tahun dan hanya mencari bantuan ketika sudah terlalu terlambat untuk menyelamatkan hubungan mereka.


Ia menyarankan, para pasangan untuk segera melakukan konseling saat hubungan sudah sering dipenuhi dengan perdebatan dan stres sedini mungkin. Dengan demikian, pasangan diharapkan masih memiliki waktu untuk bersama-sama memikirkan solusi di luar perpisahan, terlebih bagi kebaikan anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jokowi Terabas Hujan Temui Warga, Budi Arie: Masih di Hati Rakyat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau