JAKARTA, KOMPAS.com - Limfoma atau kanker kelenjar getah bening cukup banyak ditemui di Indonesia. Menurut data Globocan, jenis limfoma non-Hodgkin merupakan kanker nomor 7 yang sering dijumpai di Indonesia.
Dokter dari Divisi Hematologi Onkokogi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Dr.dr Andhika Rachman SpPD-KHOM mengatakan, limfoma bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Mereka yang imunitasnya atau sistem kekebalan tubuhnya lemah disebut lebih berisiko terkena limfoma. Orang dengan penyakit autoimun, seperti lupus juga berisiko limfoma, karena penyakit tersebut menyebabkan menurunnya imunitas tubuh. Termasuk pasien dengan penyakit jaringan ikat.
Faktor risiko lainnya, yaitu adanya riwayat keluarga. Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker dan merasakan gejala penyakit limfoma, perlu mewaspadai pertumbuhan kanker tersebut.
"Tetapi, apakah ada faktor keturunan pada limfoma belum diketahui pasti, meski ada beberapa kasus yang orangtuanya limfoma, anaknya kemudian juga," kata Andhika di jakarta, Kamis (15/9/2016).
Selain itu, limfoma juga lebih berisiko pada orang obesitas dan konsumsi makan yang tidak seimbang, seperti terlalu banyak makan daging merah.
Andhika mengungkapkan, beberapa kasus limfoma juga bisa dipicu oleh infeksi virus, seperti HIV, virus human T-cell leukemia, dan virus Epstein-Barr. Adanya faktor risiko tersebut bukan berarti pasti akan terkena limfoma. Dalam sejumlah kasus, penyebab limfoma pun tidak diketahui pasti.
Penting untuk mengenali gejalanya, seperti ada benjolan di leher, lipat ketiak, atau lipat paha, sering berkeringat pada malam hari, dan sering demam tak lebih dari 38 derajat celsius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.