Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2016, 12:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Pengendalian nyamuk Aedes aegypti adalah kunci penanganan demam berdarah. Salah satu teknik pengendalian yang bisa dilakukan adalah memandulkan nyamuk jantan menggunakan radiasi sinar gama. Selain murah dan mudah, cara itu dinilai ramah lingkungan.

Pemandulan nyamuk Aedes aegypti jantan itu dilakukan memakai teknik serangga mandul (TSM) yang diterapkan pada lalat buah sejak 1950-an. Caranya, nyamuk dimandulkan dengan disinari sinar gama di laboratorium. Setelah itu, nyamuk steril di lepas ke lingkungan.

"Setelah nyamuk jantan steril kawin dengan nyamuk betina, 96,35 persen telurnya tak menetas sehingga populasi nyamuk berkurang drastis," kata peneliti nyamuk Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR Batan), Ali Rahayu, di Jakarta, Senin (7/11).

Itu berarti, ada 3,65 persen nyamuk tak steril ikut terlepas ke lapangan. Kondisi itu bisa terjadi karena proses radiasi dilakukan bukan pada individu nyamuk, melainkan pada kelompok nyamuk. Akibatnya, kemungkinan ada nyamuk lolos dari radiasi.

Dalam uji di sejumlah daerah pada 2011-2012, penyebaran nyamuk Aedes mandul bisa menurunkan tingkat rumah yang ada nyamuk Aedes atau host index dari 60 persen menjadi 15 persen. Sampai tujuh bulan setelah pelepasan nyamuk, tak ditemukan lagi kasus demam dengue.

Bahkan, di salah satu lokasi uji di Banjarnegara, Jawa Tengah, tak pernah lagi dilakukan pengasapan (fogging) hingga 4 tahun setelah nyamuk mandul di lepas pada 2011. "Tanpa dilepaskan bahan kimia ke lingkungan membuat TSM jadi teknik pengendalian nyamuk yang ramah lingkungan," kata Kepala Batan Djarot S Wisnubroto.

Karakter nyamuk

Dalam penyebaran demam berdarah, nyamuk Aedes sp bertindak sebagai vektor atau pembawa virus dengue. Tanpa nyamuk, virus dengue tak menyebar dan menularkan penyakit.

Nyamuk pembawa virus dengue itu ialah Aedes aegypti yang bergerak di dalam dan menuju dalam rumah serta Aedes albopictus yang ada di luar rumah. Dalam uji Batan, nyamuk Aedes aegypti yang dilepaskan akan menarik nyamuk betina untuk kawin, baik yang mengandung maupun tidak virus dengue.

Karena daya jelajah nyamuk Aedes aegypti amat rendah, penurunan populasi nyamuk hanya efektif jika nyamuk dilepaskan di semua rumah di satu lokasi atau di rumah yang ditemukan nyamuk saja. Namun, penyebaran nyamuk ke semua rumah itu tak ekonomis. "Saat nyamuk mandul dilepas secara acak, itu tak efektif mencegah demam berdarah di satu lokasi karena jelajah nyamuk terbatas," kata Ali.

Pelepasan nyamuk mandul tak berdampak bagi lingkungan. Berkurangnya populasi nyamuk Aedes aegypti tak mengganggu rantai makanan karena cicak dan katak bisa memakan nyamuk lain.

Pemanfaatan

Meski sudah diuji di sejumlah daerah, teknik pemandulan nyamuk itu belum dimanfaatkan untuk mengendalikan demam berdarah secara luas di Indonesia. Padahal, setiap tahun ada 120.000-170.000 kasus demam berdarah di Indonesia. Kini, sekitar 90 persen kabupaten atau kota di Indonesia termasuk endemis demam berdarah. Kerugian ekonomi setiap tahun diperkirakan 300 juta dollar AS atau Rp 3,9 triliun.

Djarot menambahkan, teknik pemandulan nyamuk Aedes aegypti itu didorong Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Selain Indonesia, uji pemandulan nyamuk Aedes juga dilakukan di Italia, Tiongkok, dan Mauritius.

Jika akan dimanfaatkan luas, perlu penambahan fasilitas pemandulan nyamuk Aedes jantan, khususnya daerah di luar Jawa. Namun, pemandulannya tak perlu memakai sinar gama yang hanya bisa dilakukan Batan, tetapi bisa memakai iradiator sinar-X bergerak dengan proses lebih sederhana dan harga terjangkau.

Hingga kini produksi nyamuk mandul Batan mencukupi. Batan memiliki dua alat pemandul nyamuk beroperasi 24 jam dan masing-masing bisa memandulkan 54.000 nyamuk per jam.

Selain itu, Batan juga mematenkan kemasan pengiriman nyamuk yang membuat nyamuk bertahan seminggu sehingga bisa dikirim dengan moda transportasi apa pun. Djarot mengatakan belum mengomunikasikan temuan itu ke Kementerian Kesehatan karena menunggu tambahan hasil uji di beberapa lokasi. (MZW)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 November 2016, di halaman 14 dengan judul "Kendalikan Nyamuk dengan Radiasi Gama".
000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau