Penyebaran virus corona jenis baru ini terbilang cepat ketimbang virus sejenis biang penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS).
Organisasi Kesehatan Dunia WHO, per Jumat (28/2/2020), menetapkan status risiko ancaman penyebaran virus corona biang penyakit Covid-19 naik ke level tertinggi.
Melansir BBC, setidaknya 80.000 orang terinfeksi virus corona. Sebanyak 2.800 orang di antaranya meninggal dunia, mayoritas berasal dari Provinsi Hubei, China.
Di tengah merebaknya wabah Covid-19, beberapa orang bertanya-tanya, apa yang terjadi saat virus corona menginfeksi manusia?
Mengapa penyakit yang gejalanya mirip pneumonia ini bisa sampai menyebabkan orang meninggal dunia?
Menurut National Geographic, galur virus corona jenis baru secara genetis mirip dengan SARS.
Dampak yang ditimbulkan saat tubuh terinfeksi virus corona bisa diproyeksikan berkaca dari wabah SARS dan MERS.
Memang, virus corona jenis SARS-CoV-2 boleh jadi masih meninggalkan misteri.
Namun hal yang pasti, bahaya infeksi virus corona dapat menimbulkan "badai" ke seluruh tubuh, termasuk paru-paru. Berikut penjelasannya.
Berawal dan berakhir di paru-paru
Sebagian pasien Covid-19, merasakan infeksi virus corona dimulai dan berakhir di paru-paru.
Seperti penyakit flu, virus corona adalah biang penyakit yang menyerang pernapasan.
Penyakit ini dapat menyebar saat orang yang terinfeksi mengalami batuk, bersin, atau tanpa sengaja menyebarkan cairan dari mulut dan hidung ke sekitarnya.
Gejala virus corona identik dengan flu. Biasanya penderita awalnya mengalami demam, batuk, lantas penyakitnya berkembang menjadi pneumonia.
Setelah wabah SARS merebak, WHO menyebut virus corona penyebab SARS menyerang paru-paru dalam tiga tahap, yakni:
Akan tetapi, tidak semua pasien yang terinfeksi virus corona mengalami tiga fase di atas.
Menurut data, hanya 25 persen pasien SARS terinfeksi sampai parah hingga mengalami gagal napas.
Demikian juga dengan Covid-19. Menurut data awal, sebanyak 82 persen penderita infeksi virus corona baru ini hanya mengalami gejala ringan. Sisanya, masuk ke level parah atau kritis.
Ahli patogen dari University of Maryland AS, Matthew B. Frieman menyebut, banyak pasien Covid-19, kedua paru-parunya mengalami pneumonia dan disertai sesak napas.
Setelah itu, serangan virus membuat tubuh mempertahankan diri lewat jalan membanjiri paru-paru dengan sel kekebalan tubuh.
Saat itu, sel-sel kekebalan tubuh membersihkan dan memperbaiki jaringan paru-paru dari kerusakan.
Apabila proses tersebut berjalan dengan benar, inflamasi hanya menyasar bagian tubuh yang terinfeksi.
Namun, ketika sistem kekebalan tubuh rusak, sel-sel tersebut justru merusak banyak jaringan tubuh, termasuk yang kondisinya sehat.
"Dengan begitu, kondisi tubuh penderita jadi lebih parah. Terkadang, bekas jaringan rusak dapat menyumbat paru dan pneumonia jadi lebih buruk," jelas Frieman.
Saat memasuki fase ketiga atau lanjut, kerusakan paru-paru sudah lebih buruk, sampai memicu gagal napas.
Bahkan, saat pasien selamat dari maut, pasien yang sudah melewati fase lanjut bisa mengalami kerusakan paru-paru permanen.
Menurut WHO, SARS bisa meninggalkan lubang di paru-paru sehingga tampilan organ vital tersebut mirip sarang lebah.
Celakanya, luka sejenis juga dialami penderita infeksi virus corona baru (SARS-CoV-2).
Ketika hal itu terjadi, pasien yang terinfeksi virus corona harus memakai ventilator untuk bernapas.
Sementara itu, peradangan membuat membran antara kantung udara dan pembuluh darah lebih rentan ditembus partikel.
Kondisi tersebut membuat paru-paru penderita infeksi corona terisi cairan. Dampaknya, oksigen tidak dapat tersalurkan dalam darah.
"Saat kondisinya parah, paru-paru penderita kebanjiran. Saat itulah orang jadi tidak bisa bernapas. Begitulah orang-orang sekarat," kata Frieman.
Selain paru-paru, organ terdampak virus corona lainnya adalah hati, ginjal, dan sistem vital tubuh lewat darah.
https://health.kompas.com/read/2020/03/01/175500968/apa-yang-terjadi-dengan-paru-paru-saat-tubuh-terinfeksi-virus-corona-