Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perbedaan Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder

Melansir Everyday Health, hipertensi primer biasanya didiagnosis setelah dokter mengamati hasil tensi pasien selama tiga kali kunjungan berturut-turut tetap tinggi, padahal sudah menghindari pemicunya.

Sedangkan hipertensi sekunder jamak disebabkan kelainan pada pembuluh darah arteri yang memasok darah ke ginjal. Kelainan ini bisa dipicu penyakit atau masalah kesehatan.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer

Melansir Healthline, hipertensi primer atau esensial terjadi pada 90 persen penderita penyakit tekanan darah tinggi.

Hipertensi jenis ini bisa dimulai pada usia berapa pun. Kebanyakan penderita mengalaminya saat menginjak usia paruh baya.

Penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti. Namun, ahli menyimpulkan, gaya hidup dan pola makan tak sehat bisa memicu hipertensi primer.

Faktor genetik atau keturunan juga dianggap berperan besar dalam menyebabkan hipertensi primer.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena hipertensi primer, di antaranya:

  • Pola makan tidak sehat
  • Stres
  • Malas bergerak
  • Berat badan berlebih

Kebanyakan orang tidak bisa melihat gejala awal hipertensi primer. Namun, penderita bisa mengetahuinya lewat pemeriksaan medis berkala.

Untuk mendiagnosis pasien mengalami hipertensi primer, dokter umumnya akan mengukur tekanan darah pasien dengan tensimeter.

Jika hasil pengukurannya di atas 130/80 mmHg selama beberapa kali pemeriksaan di waktu yang berbeda, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik meliputi pengecekan kondisi mata, detak jantung, paru-paru, dan aliran darah di leher.

Selain itu, dokter juga akan memeriksa kadar kolesterol sampai fungsi ginjal.

Jika hasil diagnosisnya merujuk pada hipertensi primer, dokter umumnya lebih dulu menyarankan perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat.

Jika perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat tak mempan, dokter umumnya akan meresepkan obat penurun tekanan darah.

Melansir Cleveland Clinic, hipertensi sekunder jarang terjadi. Penyakit ini hanya diidap pada 5-10 persen penderita tekanan darah tinggi.

Terdapat kondisi atau penyakit yang bisa jadi penyebab hipertensi sekunder, di antaranya:

Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa memicu hipertensi sekunder, di antaranya:

  • Pil KB
  • Obat antiinflamasi nonsteroid
  • Obat pelangsing
  • Obat stimulan
  • Obat antidepresan
  • Penekan sistem daya tahan tubuh
  • Obat dekongestan

Sementara itu, gejala hipertensi sekunder bisa berbeda-beda, tergantung jenis kondisi dan penyakitnya. Berikut beberapa tandanya:

Mengingat hipertensi sekunder relatif jarang dan biaya skriningnya cukup mahal, tenaga medis cukup selektif untuk melakukan pengujian.

Ada beberapa faktor untuk menentukan perlu tidaknya seseorang dengan tensi di atas 130/80 mmHg diberi rekomendasi pemeriksaan hipertensi sekunder, antara lain:

  • Usia di bawah 30 tahun memiliki darah tinggi tanpa riwayat keluarga atau faktor risiko lainnya
  • Pasien yang sudah menjalani pengobatan hipertensi tapi kondisinya tak kunjung membaik
  • Obesitas
  • Kadar potasium ajek rendah atau kadar kalsium selalu tinggi

Untuk mendiagnosis hipertensi sekunder, penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, USG ginjal, pemeriksaan kelenjar, dan cek tensi.

https://health.kompas.com/read/2020/06/26/100400868/perbedaan-hipertensi-primer-dan-hipertensi-sekunder

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke