Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Makanan Penyebab Jerawat yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com – Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit peradangan kronis dari kelenjar pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Bagian tubuh yang kerap ditumbuhi jerawat yakni terutama pada area wajah, bahu, lengan atas, dada, dan punggung.

Saat muncul di wajah, jerawat ini sering kali bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman di area kulit yang terkena, tapi juga bisa menganggu penampilan atau mengurangi rasa percaya diri.

Ada banyak faktor yang berkontribusi pada perkembangan jerawat.

Ini termasuk:

  • Faktor genetik
  • Lingkungan
  • Hormonal
  • Stres emosional
  • Trauma
  • Kosmetik
  • Obat-obatan
  • Makanan

Hubungan antara pola makan dan jerawat telah menjadi kontroversial selama ini. Namun, penelitian menunjukkan bahwa diet atau pola makan dapat memainkan perat penting dalam perkembangan jerawat.

Salah satu penelitian yang mengungkap hal tersebut diterbitkan dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics pada Maret 2013.

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan makanan penyebab jerawat yang bisa diwaspadai:

1. Gula dan karbohidrat olahan

Orang dengan jerawat dilaporkan cenderung mengonsumsi lebih banyak karbohidrat olahan daripada orang dengan sedikit atau tanpa jerawat.

Makanan yang kaya akan karbohidrat olahan, termasuk:

  • Roti, biskuit, sereal atau makanan penutup yang dibuat dengan tepung putih
  • Pasta dibuat dengan tepung terigu
  • Nasi putih dan bihun
  • Soda dan minuman manis lainnya
  • Pemanis seperti gula tebu, sirup maple, madu atau agave

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology pada 2012 menemukan bahwa orang yang sering mengonsumsi gula tambahan memiliki risiko 30 persen lebih besar terkena jerawat, sedangkan yang secara teratur makan kue memiliki risiko 20 persen lebih besar daripada orang yang tidak melakukannya.

Peningkatan risiko ini dapat dijelaskan oleh efek karbohidrat olahan terhadap gula darah dan kadar insulin.

Karbohidrat olahan dapat diserap dengan cepat ke dalam aliran darah, sehingga bisa cepat pula meningkatkan kadar gula darah.

Saat gula darah naik, kadar insulin juga akan meningkat untuk membantu mengantarkan gula darah keluar dari aliran darah dan masuk ke sel Anda.

Nah, kadar insulin yang tinggi ini tidak baik untuk kulit.

Insulin membuat hormon androgen lebih aktif dan meningkatkan faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1). Ini berkontribusi pada perkembangan jerawat dengan membuat sel-sel kulit tumbuh lebih cepat dan dengan meningkatkan produksi sebum.

Maka dari itu, para peneliti percaya diet rendah glikemik dapat berpengaruh terhadap penurunan risiko berjerawat maupun penurunan keparahan jerawat.

Meskipun penelitian tentang hal ini cukup menjanjikan, masih diperlukan lebih banyak lagi untuk memahami lebih lanjut bagaimana karbohidrat olahan berkontribusi pada jerawat.

2. Produk olahan susu

Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara produk olahan susu dan keparahan jerawat pada remaja.

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa orang dewasa muda yang secara teratur mengonsumsi susu atau es krim empat kali lebih mungkin menderita jerawat.

Namun, studi yang dilakukan sejauh ini belum berkualitas tinggi.

Penelitian sampai saat ini difokuskan terutama pada remaja dan orang dewasa muda dan hanya menunjukkan korelasi antara susu dan jerawat, bukan hubungan sebab dan akibat.

Belum jelas bagaimana susu dapat berkontribusi pada pembentukan jerawat, tetapi ada beberapa teori yang diajukan.

Salah satunya, susu diketahui dapat meningkatkan kadar insulin, terlepas dari efeknya pada gula darah, yang dapat memperburuk keparahan jerawat.

Susu sapi juga mengandung asam amino yang merangsang hati untuk memproduksi lebih banyak IGF-1, yang telah dikaitkan dengan perkembangan jerawat.

Meskipun ada spekulasi tentang mengapa minum susu dapat memperburuk jerawat, tidak jelas apakah produk susu berperan langsung atau tidak.

Jadi, diperlukan lebih banyak penelitian lagi untuk menentukan apakah ada jumlah atau jenis produk susu tertentu yang dapat memperburuk jerawat.

3. Makanan cepat saji

Jerawat sangat terkait dengan makan makanan gaya Barat yang kaya kalori, lemak, dan karbohidrat olahan.

Makanan cepat saji, seperti burger, nugget, hot dog, kentang goreng, soda, dan milkshake adalah makanan andalan khas Barat dan dapat meningkatkan risiko jerawat.

Sebuah studi terhadap lebih dari 5.000 remaja dan orang dewasa muda di Tiongkok menemukan bahwa diet tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko 43 persen pada perkembangan jerawat. Sementara, makan makanan cepat saji secara teratur bisa meningkatkan risiko sebesar 17 persen.

Studi tersebut dimuat dalam Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology pada 2010.

Sebuah studi terpisah terhadap 2.300 pria Turki menemukan bahwa sering makan burger atau sosis dikaitkan dengan peningkatan risiko jerawat sebesar 24 persen.

Namun, tidak jelas mengapa makan makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko timbulnya jerawat.

Meski demikian, beberapa peneliti mengungkap bahwa kebiasan makan makanan cepat saji dapat memengaruhi ekspresi gen dan mengubah kadar hormon dengan cara yang mendorong perkembangan jerawat.

Namun, penting untuk dicatat, bahwa sebagian besar penelitian tentang makanan cepat saji dan jerawat menggunakan data yang dilaporkan sendiri.

Jenis penelitian ini hanya menunjukkan pola kebiasaan makan dan risiko timbulnya jerawat serta tidak membuktikan bahwa makanan cepat saji menyebabkan timbulnya jerawat.

Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak penelitian lagi untuk mengulas kaitan makan makanan cepat saji dengan perkembangan jerawat.

4. Makanan kaya lemak omega 6

Makanan kaya lemak omega 6 juga dituding sebagai makanan penyebab jerawat.

Diet yang mengandung asam lemak omega-6 dalam jumlah besar telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat peradangan dan jerawat .

Pola makan tinggi asam lemak omega 6 membuat orang-orang zaman sekarang lebih sedikit mengonsumsi tinggi asam lemak omega 3.

Alhasil, ketidakseimbangan antara konsumsi asam lemak omega-6 dan omega-3 ini mendorong tubuh mengalami peradangan, sehingga dapat memperburuk kondisi kulit berjerawat.

Sebagai solusi, orang-orang dianjurkan untuk dapat melengkapi asupan makanan sumber asam lemak omega 3 yang bisa mengurangi tingkat peradangan dan telah terbukti bisa mengurangi keparahan jerawat.

Meski kaitan makanan asam lemak omega 6 dan risiko jerawat cukup menjanjikan, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikannya. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut diperlukan.

5. Cokelat

Anda mungkin sudah pernah mendengar cokelat termasuk makanan penyebab jerawat.

Beberapa survei informal telah mengaitkan makan cokelat dengan peningkatan risiko timbulnya jerawat, tetapi ini tidak cukup untuk membuktikan bahwa cokelat menyebabkan jerawat.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Dermatology pada 2016, menemukan bahwa pria yang rentan berjerawat yang mengonsumsi 25 gram cokelat hitam 99 persen setiap hari, mengalami peningkatan jumlah lesi jerawat hanya dalam dua minggu.

Studi lain menemukan bahwa pria yang diberi kapsul bubuk kakao 100 persen setiap hari memiliki lebih banyak lesi jerawat secara signifikan setelah satu minggu dibandingkan dengan partisipan yang diberi plasebo.

Sebenarnya alasan cokelat dapat meningkatkan jerawat tidak jelas, meskipun sebuah penelitian yang diterbitkan Jurnal Cytokine pada 2013 menemukan bahwa makan cokelat dapat meningkatkan reaktivitas sistem kekebalan terhadap bakteri penyebab jerawat.

Studi ini menjelaskan bahwa cokelat dapat meningkatkan pelepasan protein interleukin-1B (IL-IB) dan IL-10 yang apabila berinteraksi dengan bakteri Propionibacterium acnes atau Staphylcoccus aureus meningkatkan risiko terjadinya jerawat.

Meskipun penelitian terbaru mendukung hubungan antara konsumsi cokelat dan jerawat, masih belum jelas apakah cokelat benar-benar merupakan makanan penyebab jerawat atau buka. Jadi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikannya.

6. Whey protein

Whey protein adalah salah satu jenis protein yang sering dikonsumsi sebagai suplemen makanan dan suplemen olahraga.

Whey protein adalah sumber yang kaya asam amino leusin dan glutamin.

Kendali demikian, asam amino dalam whey protein ini dapat membuat sel kulit tumbuh dan membelah lebih cepat, yang bisa berkontribusi pada pembentukan jerawat

Asam amino dalam protein whey juga dapat merangsang tubuh untuk menghasilkan tingkat insulin yang lebih tinggi, yang telah dikaitkan dengan perkembangan jerawat.

Beberapa studi kasus telah melaporkan hubungan antara konsumsi protein whey dan jerawat pada atlet.

Studi lain menemukan korelasi langsung antara tingkat keparahan jerawat dan jumlah hari mengonsumsi suplemen whey protein.

Studi ini mendukung hubungan antara whey protein dan jerawat, tetapi lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk menentukan apakah whey protein benar-benar menyebabkan jerawat.

7. Makanan yang menimbulkan reaksi sensitif

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jerawat pada dasarnya adalah penyakit peradangan atau penyakit inflamasi.

Hal ini didukung oleh fakta bahwa obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid adalah pengobatan yang efektif untuk jerawat yang parah dan bahwa orang dengan jerawat memiliki peningkatan kadar molekul inflamasi dalam darahnya.

Salah satu cara makanan dapat menyebabkan peradangan adalah melalui kepekaan terhadap makanan yang juga dikenal sebagai reaksi hipersensitivitas tertunda.

Kepekaan makanan terjadi ketika sistem kekebalan Anda secara keliru mengidentifikasi makanan sebagai ancaman dan meluncurkan serangan kekebalan terhadapnya.

Ini menghasilkan molekul pro-inflamasi tingkat tinggi yang beredar di seluruh tubuh, yang dapat memperburuk jerawat.

Karena ada banyak makanan yang dapat bereaksi terhadap sistem kekebalan Anda, cara terbaik untuk mengetahui pemicu unik Anda adalah dengan melakukan diet eliminasi di bawah pengawasan ahli gizi.

Diet eliminasi bekerja dengan membatasi sementara jumlah makanan dalam diet Anda untuk menghilangkan pemicu dan meredakan gejala, kemudian secara sistematis menambahkan kembali makanan sambil melacak gejala dan mencari polanya.

Pengujian sensitivitas makanan, seperti Mediator Release Testing (MRT), dapat membantu menentukan makanan mana yang menyebabkan peradangan terkait kekebalan dan memberikan titik awal yang lebih jelas untuk diet eliminasi Anda.

Meskipun tampaknya ada hubungan antara peradangan dan jerawat, tidak ada penelitian yang secara langsung menyelidiki peran spesifik dari kepekaan terhadap makanan dalam perkembangannya.

Ini tetap menjadi bidang penelitian yang menjanjikan untuk membantu lebih memahami bagaimana makanan, sistem kekebalan dan peradangan memengaruhi perkembangan jerawat.

https://health.kompas.com/read/2021/04/21/140300968/7-makanan-penyebab-jerawat-yang-perlu-diwaspadai

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke