KOMPAS.com- Penyakit Parkinson adalah kelainan sistem saraf progresif yang memengaruhi gerakan.
Selain itu, gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini kerap memengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya.
Salah satu gejala penyakit Parkinson yang dapat berdampak besar pada kualitas hidup adalah inkontinensia urin.
Gejala ini membuat pasien tidak dapat mengontrol buang air kecil sepenuhnya.
Hal ini disebabkan terganggunya komunikasi antara otak dan kandung kemih akibat kadar dopamin yang rendah.
Jenis inkontinensia urin yang sering dialami pasien Parkinson adalah inkontinensia urgensi dan nokturia.
Inkontinensia urgensi terjadi ketika seseorang mendapatkan kebutuhan mendesak untuk buang air kecil, tetapi tidak dapat mengendalikan diri untuk buang air kecil sebelum mereka pergi ke toilet.
Sementara itu, nokturia adalah kebutuhan yang sering tidak normal untuk bangun dan buang air kecil pada malam hari saat Anda tidur.
Seperti yang dapat dibayangkan, inkontinensia urin dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan sosial seseorang.
Tidak jarang orang-orang seperti itu mengalami perasaan malu, isolasi sosial, kesepian dan kehilangan kendali, serta masalah citra tubuh.
Kurangnya kemampuan mengontrol buang air kecil akan menyebabkan mereka membatasi aktivitas sosialnya di luar rumah karena takut mengompol secara tidak sengaja sehingga mengakibatkan isolasi sosial dan kesepian.
Mereka juga cenderung mengurangi atau berhenti berolahraga karena olahraga berdampak tinggi dapat menyebabkan kebocoran urin tanpa disengaja.
Masalah ini semakin diperparah ketika orang tersebut juga berjuang dengan gejala penyakit Parkinson lainnya, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Inkontinensia urin juga bisa sulit untuk ditangani oleh perawat.
Menangani inkonsistensia urin
Untungnya, inkontinensia urin adalah kondisi yang dapat ditangani.
Sebagai permulaan, pasien dapat “melatih” kandung kemihnya dengan rutin pergi ke toilet.
Mereka harus menghindari minum minuman apa pun sejak dua jam sebelum tidur, serta meminimalkan asupan kafein, minuman memicu gas, dan alkohol karena dapat merangsang produksi urin.
Mengenakan pakaian yang memiliki lebih sedikit kancing atau ritsleting, dan dapat dengan mudah dilepas dengan cepat, juga dapat membantu pasien Parkinson yang berjuang dengan gejala inkontinensia urin.
Selain itu, terdapat berbagai produk yang tersedia bagi penderita inkontinensia urin untuk membantu mengelola kondisinya.
Produk tersebut bisa berupa bantalan tempat tidur, pelindung kasur, sarung inkontinensia pria atau popok untuk orang dewasa.
https://health.kompas.com/read/2021/04/23/061400768/mengenal-gejala-inkonsistensia-urine-pada-pasien-parkinson