KOMPAS.com - Gejala Covid-19 memang beragam dan masih akan terus dipelajari oleh peneliti.
Virus ini memang tergolong baru sehingga butuh banyak penelitian lanjutan.
Bahkan, laporan terbaru menyebut bahwa Covid-19 bisa memicu berbagai masalah pendengaran, salah satunya Tinnitus.
Apa itu tinnitus?
Pakar kesehatan dari Cleveland Clinic, Sarah Sydlowski mengatakan tinnitus adalah gangguan pendengaran yang memicu dering di telinga atau munculnya suara apa pun yang mengganggu.
Beberapa orang yang mengalami tinnitus sering merasa mendengar lagu berulang-ulang.
Orang lain mungkin mendengar dering, berdengung atau mendesing.
"Apa yang didengar berasal dari tempat lain di dalam sistem Anda,” kata Sydlowski.
Umumnya, tinitus adalah akibat dari kerusakan telinga bagian dalam atau koklea.
Jika ini terjadi, koklea tidak berhenti bekerja yang bisa menyebabkan munculnya suara tertentu.
Dan saat telinga bagian dalam tidak berfungsi dengan benar, telinga mulai mengeluarkan suara untuk menggantikan apa yang seharusnya Anda dengar secara alami.
Kaitan tinnitus dan Covid-19
Riset yang diterbitkan dalam International Journal of Audiology membuktikan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 juga mengalami gejala tinnitus.
Bahkan, prosentase mereka yang mengalami gejala tinnitus mencapai 14,8 persen dari 7,6 persen total penderita Covid-19.
Kemungkinan besar hal ini terjadi karena efek beberapa obat yang digunakan untuk mengobati virus Corona.
Obat-obatan ini termasuk quinine, cholorquine dan hydroxychloroquine.
Pasien yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan mengalami gejalah "long hauler" juga mengalami hal serupa.
Dalam penelitian tersebut. sekita 650 orang yang mengalami gejala long hauler Covid juga mengalami sakit telinga.
Tampaknya tidak ada pola yang dapat diprediksi tentang kapan atau mengapa seseorang mungkin mengalami gejala-gejala ini.
Karena itu, diperlukan penelitian lebih lajut sebelum kita memahami sepenuhnya bagaimana virus Corona memengaruhi pendengaran.
https://health.kompas.com/read/2021/05/31/120000568/tinnitus-masuk-dalam-daftar-gejala-covid-19-kok-bisa-