Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Empathy Fatigue yang Rawan Terjadi di Masa Pandemi Covid-19

KOMPAS.com- Empati pada seseorang merupakan hal yang baik. Namun, ada kalanya rasa empati tersebut justru membuat kita merasa lelah.

Kondisi inilah yang disebut dengan empathy fatigue atau compassion Fatigue.

Sebenarnya, apa itu empathy fatigue dan apa dampaknya dalam kehidupan?

Mengenal fenomena empathy fatigue

Emphaty fatigue atau kelelahan empati adalah ketidakmampuan seseorang untuk peduli.

Hal ini adalah konsekuensi negatif dari paparan berulang terhadap peristiwa stres atau traumatis, yang memengaruhi sisi emosional atau fisik kita.

Kelelahan empati juga bisa memicu gejala berikut:

  • Mengisolasi diri dari orang lain.
  • Merasa mati rasa.
  • Kurangnya energi untuk peduli dengan hal-hal lain di sekitar Anda.
  • Merasa kewalahan, tidak berdaya atau putus asa.
  • Tidak mampu berhubungan dengan orang lain.
  • Merasa marah, sedih atau tertekan.
  • Muncul pikiran obsesif tentang penderitaan orang lain.
  • Merasa tegang atau gelisah.
  • Merasa tidak bisa berkata-kata atau tidak dapat menanggapi dengan tepat apa yang terjadi di sekitar Anda.
  • Menyalahkan diri sendiri.

Kelelahan empati juga bisa memicu gejala fisik seperti:

  • Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, menjadi produktif atau menyelesaikan tugas sehari-hari.
  • Sakit kepala.
  • Mual atau sakit perut.
  • Kesulitan tidur.
  • Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol.
  • Konflik dalam hubungan.
  • Perubahan selera makan.
  • Merasa lelah sepanjang waktu.
  • Menghindari pekerjaan atau aktivitas lainnya.

“Kelelahan empati adalah kelelahan emosional dan fisik yang terjadi karena merawat orang dari hari ke hari, hari demi hari, hari demi hari," ucap Susal Albers, psikolog klinis dari Cleveland Clinic.

Kelelahan empati adalah mekanisme pertahanan. Hal ini juga bagian dari cara tubuh bahwa Anda juga perlu memperhatikan dan mengambil langkah untuk merawat diri sendiri.

Kelelahan empati dan Covid-19

Kelelahan empati juga dianggap sebagai gangguan stres traumatis sekunder. Hal ini adalah jenis stres yang datang karena membantu orang hari demi hari.

Stres dan kesulitan dari apa yang Anda alami, lihat, dan rasakan juga bisa membebani Anda.

“Ketika kita berada di bawah stres hari demi hari, itu seperti tetesan kortisol yang terus-menerus mengalir ke otak kita,” kata Dr. Albers.

Fenomena inilah yang sedang terjadi di saat pandemi, terutama di kalangan tenaga kerja kesehatan.

Tenaga kerja kesehatan menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

Setiap hari mereka harus membantu dan menyaksikan orang-orang yang bertarung nyawa akibat infeksi Covid-19.

Karena itu, mereka juga rentan mengalami kelelahan fisik dan mental yang bisa memicu empathy fatigue ini.

Empathy fatigue ini juga isa menjadi masalah serius selaama pandemi ini.

Sebab, seua orang merasakan efek negatif dari stres yang berulang, perubahan terus-menerus, serta paparan rasa takut dan kehilangan.

Setiaphari kita disuguhi berita buruk dan kisah sedih mengenai dampak pandemi Covid-19 ini.

Awalnya, kita merasa empathy dan terenyu dengan kabar tersebut.

Tetapi setelah beberapa waktu, Anda mungkin mendapati diri Anda mengabaikan atau merasa mati rasa dengan hal tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena kita sudah terbiasa dengan berita buruk dan hal-hal negatif yang terjadi di dunia kita, yang pada gilirannya mulai menguras rasa empati kita.

Anda mungkin merasa terputus secara emosional atau tidak simpatik dengan apa yang terjadi di sekitar Anda.

Bagaimana mengatasinya?

Kelelahan empati bisa memicu depresi. Karena itu, sangat penting menemukan cara untuk memahami bagaimana perasaan Anda serta cara mengatasi perasaan tersebut.

Berikut berbagai hal yang bisa dilakukan agar kita tidak mengalami kelelahan empati:

1. Tingkatkan kepekaan pada diri sendiri

Mengakui perasaan Anda dan menunjukkan rasa cinta pada diri sendiri adalah hal yang penting dilakukan.

Sering kali kita begitu sibuk sehingga kita tidak memperhatikan perasaan kita yang sebenarnya.

Oleh karena itu, cobalah untuk meluangkan waktu sejenak untuk benar-benar merasakan emosi tersebut.

Perhatikan sensasi fisik dan psikis yang sedang Anda rasakan agar lebih memahami diri sendiri.

2. Luangkan waktu untuk diri sendiri

Cobalah untuk fokus pada kebaikan diri seperti melakukan sesuatu yang Anda sukai dan beristirahat yang cukup.

Anda juga bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri tanpa ada gangguan dari orang lain.

3. Ciptakan koneksi

Di dunia yang penuh dengan jarak sosial dan fisik, mungkin sulit untuk merasa terhubung dengan orang lain saat ini.

Namun, perasaan terhubung bisa sangat menyembuhkan mereka yang mengalami kelelahan empati.

Karena itu, jangan segan untuk menelepon atau melakukan obrolan video dengan orang-orang yang kita sayangi.

Jika perlu, konsultasikan ke ahli kesehatan mental mengenai perasaan Anda agar bisa mendapatkan saran terbaik.

https://health.kompas.com/read/2021/06/27/151100568/mengenal-empathy-fatigue-yang-rawan-terjadi-di-masa-pandemi-covid-19

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke