Kondisi yang dalam dunia medis disebut sebagai mola hidatidosa itu sudah dikenal sejak abad ke-5 SM pada zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates. Keadaan ini biasanya terdiagnosis pada trimester pertama kehamilan.
Setelah terjadi proses pembuahan dan janin menempel pada rahim ibu, janin akan mendapatkan nutrisi dari ari-ari atau plasenta. Kehamilan anggur terjadi ketika sel-sel janin yang seharusnya tumbuh menjadi plasenta justru mengalami pertumbuhan abnormal menjadi suatu gumpalan seperti anggur sehingga disebut sebagai kehamilan anggur.
Faktor risiko utama terjadinya kehamilan anggur yaitu adanya riwayat kehamilan anggur sebelumnya serta usia ibu hamil yang ekstrem (di bawah 15 tahun atau di atas 35 tahun).
Terdapat dua jenis kehamilan anggur, yakni kehamilan anggur sebagian dan kehamilan anggur lengkap. Pada kehamilan anggur sebagian, masih terdapat janin dan sel-sel plasenta yang normal, sedangkan pada kehamilan anggur lengkap, gumpalan tersebut hanya mengandung sel-sel plasenta abnormal tanpa adanya janin.
Meski terdapat janin pada kehamilan anggur parsial, janin tidak dapat lahir hidup dan akan berakhir pada kematian dalam kandungan.
Kehamilan anggur, meskipun bersifat jinak dan bukan merupakan suatu tumor atau keganasan, memiliki peluang untuk berkembang lebih lanjut menjadi suatu kanker yang disebut sebagai keganasan trofoblastik kehamilan. Jaringan plasenta pada kehamilan anggur dapat berkembang menjadi tumor dan menginvasi rahim, bahkan hingga menyebar keluar rahim (metastasis).
Meskipun relatif jarang ditemukan, sekitar 50 persen kasus keganasan trofoblastik berkembang dari kehamilan anggur sehingga hal ini perlu menjadi perhatian khusus pada setiap kasus kehamilan anggur.
Sejumlah gelaja kehamilan anggur
Pada awalnya, ibu dengan kehamilan anggur umumnya akan mengalami tanda-tanda dan gejala kehamilan pada umumnya, seperti tidak haid, pemeriksaan test-pack (beta-hCG kualitatif) positif, dan gejala kehamilan awal seperti nyeri perut bawah, perdarahan jalan lahir, dan muntah.
Beberapa tanda dan gejala lain yang khas ditemukan pada kehamilan anggur antara lain pembesaran rahim lebih dari yang diharapkan pada usia kehamilan ibu, tidak adanya detak jantung janin, muntah berlebihan, dan kadar beta-hCG yang terlampau tinggi untuk usia kehamilan ibu.
Pada banyak kasus, ibu dengan kehamilan anggur akan datang ke fasilitas kesehatan dengan keguguran dan kehamilan anggur baru terdiagnosis pasti setelah dilakukan pemeriksaan patologi anatomik pada jaringan yang dikuretase. Namun, kehamilan anggur dapat didiagnosis sebelum ibu mengalami keguguran. Pemeriksaan utama yang dilakukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosis kehamilan anggur adalah pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan beta-hCG dan ultrasonografi (USG).
Semua ibu hamil yang mengalami perdarahan jalan lahir abnormal patut dicurigai mengalami kehamilan anggur dan perlu menjalani pemeriksaan lanjutan.
Pemeriksaan laboratorium darah beta-hCG kuantitatif menjadi langkah pertama yang wajib dilakukan dalam penegakan diagnosis kehamilan anggur. Berbeda dengan pemeriksaan urine untuk pemeriksaan beta-hCG kualitatif seperti pada alat tes kehamilan (test pack) yang dijual bebas.
Kadar hormon beta-hCG yang berada di dalam darah akan dianalisis di laboratorium. Kadar beta-hCG yang sangat tinggi hingga melebihi kadar yang umum ditemukan pada kehamilan di dalam rahim ataupun di luar rahim merupakan salah satu temuan khas pada kehamilan anggur.
Setelah dilakukan pemeriksaan beta-hCG, penegakan diagnosis kehamilan anggur perlu diperkuat dengan pemeriksaan lain, yakni pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG menjadi modalitas pencitraan radiologis yang dipilih dibandingkan modalitas lain (seperti CT scan atau MRI) karena gambaran yang dihasilkan oleh USG memiliki resolusi tinggi serta biaya yang relatif murah.
Walau dapat didiagnosis secara klinis, penegakkan diagnosis pasti harus melalui pemeriksaan patologi anatomik pada jaringan yang dilakukan setelah evakuasi jaringan.
Pada gambaran USG kehamilan anggur lengkap, dapat ditemukan massa heterogen dengan beberapa ruang kosong berbatas tegas; temuan ini seringkali disebut sebagai pola “badai salju”.
Pada kehamilan anggur lengkap, tidak ditemukan adanya janin ataupun cairan ketuban (amnion). Sementara itu, pada gambaran USG kehamilan anggur sebagian, dapat ditemukan janin serta cairan ketuban meski umumnya ukuran janin dan volume cairan ketuban kecil.
Dapat pula ditemukan gambaran plasenta abnormal, seperti ruang kistik yang membesar yang sering disebut pola “keju Swiss”. Akan tetapi, kehamilan anggur sebagian salah terdiagnosis sebagai keguguran inkomplit (tidak lengkap) pada 15—60 persen kasus karena masih terdapat janin dan cairan ketuban pada kehamilan anggur.
Penanganan bisa kuretase dan histerektomi
Kehamilan anggur merupakan kondisi kehamilan yang harus segera diakhiri. Pada ibu hamil yang telah terdiagnosis kehamilan anggur secara klinis, kuretase hisap (suction curretage) merupakan pilihan utama dalam terminasi kehamilan anggur.
Sebelum dilakukan tindakan kuretase, ada beberapa persiapan yang diperlukan. Pasien perlu menjalani pemeriksaan darah lengkap, pembekuan darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan skrining golongan darah.
Setelah persiapan pra-operasi sudah dilakukan, tindakan umumnya akan dilakukan di bawah anestesi atau bius umum, tetapi dapat pula dilakukan dengan bius lokal atau regional.
Kemudian, dilakukan pelebaran serviks yang diikuti dengan kuretase hisap. Kuretase hisap dapat dibantu dengan USG agar meminimalisasi peluang terjadinya perdarahan serta memastikan jaringan yang dievakuasi sudah semaksimal mungkin. Setelah selesai dilakukan kuretase vakum, dapat dilakukan kuretase tajam untuk memastikan evakuasi jaringan dari rahim sudah lengkap.
Selain kuretase, ada pilihan penanganan lain untuk kasus kehamilan anggur. Histerektomi, atau operasi pengangkatan rahim, merupakan pilihan evakuasi kehamilan anggur pada pasien yang sudah tidak menginginkan kehamilan lagi, terutama pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Hal ini disebabkan tingginya risiko terjadinya keganasan pada jaringan sisa pada kelompok usia tersebut. Risiko terjadinya keganasan pada pasien yang menjalani tindakan histerektomi hanya sekitar 3—5 persen dibandingkan dengan 15—20 persen pada pasien yang menjalani evakuasi dengan kuretase.
Setelah dilakukan tindakan, baik kuretase maupun histerektomi, kadar beta-hCG pada pasien perlu dipantau secara berkala dalam periode waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya perkembangan jaringan sisa pada rahim menjadi keganasan trofoblastik.
Pada kehamilan anggur lengkap, pemantauan perlu dilakukan hingga 6 bulan, sedangkan pada kehamilan anggur sebagian, pemantauan dapat dihentikan ketika kadar beta-hCG sudah terkonfirmasi normal.
Kadar beta-hCG seharusnya kembali menjadi tidak terdeteksi apabila jaringan sudah dievakuasi sepenuhnya. Jika kadar beta-hCG masih terus terdeteksi, dapat disebabkan oleh jaringan kehamilan anggur yang menembus dinding otot rahim sehingga tidak dapat dievakuasi via kuretase, atau dapat disebabkan oleh adanya keganasan.
Karena perlunya pemantauan beta-hCG pascaevakuasi kehamilan anggur, pasien dianjurkan untuk menunda kehamilan selama pemantauan karena kehamilan dapat kembali membuat beta-hCG terdeteksi kembali. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk rutin melakukan kontrol untuk memastikan bahwa tidak ada komplikasi yang terjadi setelah tindakan evakuasi kehamilan anggur.
Kehamilan anggur merupakan suatu kondisi kehamilan yang sulit dikenali dari tanda dan gejalanya karena mirip seperti kehamilan pada umumnya. Apabila terjadi perdarahan jalan lahir pada trimester pertama kehamilan, perlu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan anggur dan dilakukan evaluasi menyeluruh oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Jika sudah terdiagnosis secara klinis, evakuasi isi jaringan perlu segera dilakukan, baik dengan kuretase maupun pengangkatan rahim, karena kehamilan anggur tidak dapat diteruskan. Mengingat adanya kemungkinan perkembangan menjadi suatu penyakit keganasan, pasien yang sudah terkonfirmasi mengalami kehamilan anggur perlu untuk dievaluasi secara berkala.
https://health.kompas.com/read/2022/08/16/063000368/kenali-kehamilan-anggur