Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Mitos tentang Endometriosis, Jangan Lagi Percaya

KOMPAS.com - Endometriosis merupakan penyakit kronis yang menyerang organ reproduksi wanita. Kondisi ini sering ditandai dengan rasa sakit saat ovulasi dan menstruasi.

Endometriosis adalah kondisi tumbuhnya jaringan dinding rahim (endometrium) di luar rahim.

Endometriosis umumnya tumbuh di sekitar ovarium, saluran tuba, dan jaringan yang melapisi panggul. Pada kasus yang jarang, jaringan mirip endometrium dapat ditemukan di luar area organ panggul.

Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktir yang menyebabkan seorang wanita terkena endometriosis, antara lain:

  • gangguan aliran darah menstruasi
  • perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel endometrium
  • pergerakan atau perpindahan sel endometrium melalui aliran getah bening

Untuk dapat lebih memahami tentang endometriosis, berikut akan dijelaskan mitos dan fakta terkait penyakit tersebut.

1. Endometriosis hanya ditandai dengan menstruasi yang menyakitkan

Gejala yang paling umum dari endometriosis adalah nyeri dan menstruasi yang tidak teratur. Nyeri tersebut bisa menyebar ke perut bagian bawah, punggung bawah, hingga vagina.

Namun, perlu diketahui bahwa nyeri haid bukan satu-satunya tanda endometriosis. Penyakit ini juga menyebabkan nyeri usus, sembelit, serta sakit saat buang air kecil.

2. Kehamilan menyembuhkan endometriosis

Kebanyakan orang berpikir endometriosis akan sembuh jika seorang wanita positif hamil.

Anggapan ini mungkin muncul karena umumnyasakit karena endometriosis terasa saat seorang wanita sedang haid.

Faktanya, kehamilan tidak menyembuhkan endometriosis. Kondisi beberapa wanita mungkin akan membaik saat hamil, namun tak jarang sebagian di antaranya justru memburuk.

"Kehamilan memang menyebabkan kadar hormon berubah. Perubahan ini menyebabkan wanita dengan endometriosis mengalami tingkat rasa sakit yang berbeda setelah melahirkan," tutur dr. Barbara Stegmann kepada Medical News Today.

"Namun, tidak ada obat untuk menyembuhkan endometriosis (termasuk kehamilan)," imbuhnya.

 

3. Histerektomi dapat sembuhkan endometriosis

Histerektomi adalah pengangkatan rahim atau uterus dengan metode pembedahan.

Pada sebuah penelitian yang melibatkan 137 partisipan, 84 persen penderita endometriosis puas dengan metode ini. Namun, histerektomi tidak menyembuhkan endometriosis secara total.

Dilansir dari Mayo Clinic, pengangkatan rahim memang bisa meredakan gejala endometriosis tapi kondisi tersebut dapat kambuh setelah operasi.

Selain itu, gejala juga masih bisa berlanjut jika lesi endometrium ada di luar rahim, misalnya pada usus.

4. Endometriosis hanya menyerang organ reproduksi wanita

Lesi endometriosis paling sering ditemukan di panggul, indung telur, dan perut bagian bawah.

Namun, endometriosis dapat berkembang di organ mana pun, termasuk otak yang bisa menyebabkan kejang ketika wanita mengalami menstruasi.

5. Endometriosis selalu menyebabkan rasa sakit

Sebuah penelitian menunjukkan, lebih dari 60 persen wanita dengan diagnosis endometriosis mengalami nyeri panggul kronis.

Selain itu, orang dengan endometriosis 13 kali lebih mungkin mengalami sakit perut daripada mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Meski rasa sakit merupakan gejala yang umum, diagnosis endometriosis bisa saja diberikan saat seorang wanita tidak mengalami keluhan sakit di area perut.

Oleh karena itu, endometriosis baru bisa diketahui apabila seorang wanita menjalani pemeriksaan atau operasi perut.

 

6. Menopause menghentikan gejala endometriosis

Beberapa orang berpikir bahwa rasa sakit akibat endometriosis akan hilang setelah menopause atau henti haid.

Sebagaimana diketahui, anggapan itu mungkin muncul karena umumnya endometriosis menyebabkan seorang wanita alami rasa sakit luar biasa saat menstruasi.

Namun, sama seperti operasi pengangkatan rahim atau histerektomi, menopause ternyata tidak menyembuhkan endometriosis.

Kondisi ini dapat berkembang hingga bertahun-tahun setelah masa menstruasi berhenti. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter demi mengatasi nyeri endometriosis setelah menopause.

7. Aborsi sebabkan endometriosis

Semua jenis aborsi, baik langsung, medis, atau ilegal sama-sama mengakibatkan risiko bagi kesehatan. Mulai dari perdarahan hebat, sepsis, infeksi radang panggul, hingga kanker serviks, serta kanker hati.

Kendati demikian, aborsi tidak menyebabkan endometriosis. Dokter Stegmann kepada Medical News Today menyebutkan, tidak ada hubungan genetik antara aborsi dengan endometriosis.

8. Pil KB dapat menyembuhkan endometriosis

Penyakit endometriosis tidak dapat disembuhkan secara menyeluruh, hanya dapat ditangani sesuai dengan tahapannya.

Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan konsumsi obat pereda nyeri, obat hormonal, penyesuaian gaya hidup, ataupun tindakan pembedahan pada kasus yang sudah berat.

Pil KB sering dianggap mampu menyembuhkan endometriosis. Namun, kenyataanya alat kontrol kehamilan ini hanya membantu mengurangi rasa sakit saat ovulasi dan menstruasi.

https://health.kompas.com/read/2022/08/19/180000168/8-mitos-tentang-endometriosis-jangan-lagi-percaya

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke