Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cokelat : Si Penggugah Mood, Lumer di Mulut

Kompas.com - 12/02/2008, 13:54 WIB

Makanan yang sudah ada sejak 2.000 tahun lampau di Amerika Tengah dan Meksiko ini kerap disalahkan karena menyebabkan gigi keropos dan kegemukan. Namun, rasanya yang tiada duanya tetap saja digemari orang di seluruh dunia. 

Berikut adalah fakta seputar cokelat :

Susu Cokelat vs Cokelat Hitam
Sepotong dark chocolate mengandung berlipat-lipat antioksidan dibandingkan dengan sepotong cokelat susu. Meksi begitu, kalorinya lebih sedikit dibanding susu cokelat.
Cokelat susu dengan lemak jenuhnya dan kalorinya yang tinggi lebih mudah menyebabkan gemuk karena mengandung susu. Dan karena minim kakao padat per onsnya, minim pula antioksidan.

Tentang Rasa
Masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya, Emperors of Chocolate, Joel Glenn Brenner menggambarkan bahwa tampaknya rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang dominan. Sebagian rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri. Karena itu, sampai kini belum ada rasa cokelat tiruan.

Di antara zat-zat penghasil rasa cokelat terdapat lemak. Titik leleh lemak kokoa ini hanya sedikit di bawah suhu normal tubuh manusia. Kalau Anda makan sepotong cokelat, lemak itu lumer di dalam mulut. Lumernya lemak kokoa menimbulkan rasa lembut mirip beludru di mulut yang khas. Lemak kokoa tidak langsung diserap tubuh karena bukan dari jenis yang dapat menggemukkan tubuh.

Meskipun tak tergantikan, pemalsuan rasa sering terjadi. Kokoa adalah bahan yang relatif mahal, apalagi dibandingkan dengan gula atau minyak nabati. Tak heran, dapur konvensional terpaksa memilih kedua bahan ini untuk menggantikan kokoa. Itulah sebab, tak banyak cokelat di "pasar cokelat".

Lemak kokoa sering digantikan minyak lebih murah, seperti lesitin dari kedelai atau minyak palem. Selain soal harga, dengan kedua bahan ini pelapisan cokelat menjadi lebih mudah. Perbandingan kokoa padat (komponen nonlemak pada biji yang digiling) juga cenderung rendah. Dalam cokelat batangan, misalnya, sekitar 20 persen gula-gula itu diisi cokelat.

Cokelat premium, di sisi lain, biasanya mengandung sekitar 50-70 persen cokelat padat. Karena mengandung lebih sedikit gula dan mungkin juga sedikit minyak nabati, cokelat pekat ini mengandung lebih sedikit kalori dari produk cokelat umumnya. Pantaslah bila para pencinta cokelat sering "protes" gara-gara cokelat disalahkan untuk masalah yang sebenarnya disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan.

Benarkah Cokelat Meningkatkan Gairah?
Tidak benar. Cokelat mengandung sejumlah bahan kimia phenylethylamine (PEA), peningkat mood kadar sedang. Ini merupakan bahan kimia yang sama yang diproduksi otak saat kita merasa senang atau jatuh cinta.

Akankah Cokelat Menaikkan Kolesterol?
Berlawanan dengan pendapat umum, makan banyak cokelat tak membuat kolesterol darah naik. Menurut penelitian Mayo Clinic, asam stearik pada cokelat, yang pada dasarnya merupakan lemak netral, tidak meningkatkan kolesterol jahat (LDL). 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com