Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yudin, 20 Tahun Menderita Kaki Gajah

Kompas.com - 25/07/2008, 15:01 WIB

SUKABUMI, JUMAT - Yudin (55), salah seorang warga Kampung Cibolang RT 05 RW 03, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menderita kaki gajah (filariasis) selama hampir 20 tahun karena tidak memiliki dana untuk berobat.
    
"Meski kaki kanan membengkak, saya tetap bekerja sebagai buruh tani untuk menghidupi keluarga," kata Yudin yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di Sukabumi, Jumat (25/7).
    
Ayah beranak empat itu mengaku, sebelum kaki kanannya membesar, ia merasakan demam tinggi. Demamnya sempat mereda, tapi beberapa hari kemudian kaki kanannya tiba-tiba membengkak mulai dari ibu jari dan terus membesar hingga saat ini. Meski rasa sakit di kaki kanannya tak kunjung reda, tapi Yudin terus bekerja mencangkul sawah untuk menyambung hidup keluarganya.
    
Berbagai cara sudah ditempuh, mulai dari dukun hingga dokter spesialis untuk menyembuhkan kaki kanannya, tapi penyakit kaki gajah itu tak kunjung sembuh. "Saya sudah beberapa kali berobat, namun kaki saya tetap membengkak," tuturnya.
    
Yudin mengaku, saat ini dirinya tidak memiliki uang karena untuk membiayai keluarganya saja sudah pas-pasan.
    
"Jika penyakitnya kambuh, saya hanya datang ke mantri desa saja untuk menyuntikkan obat antibiotik," katanya seraya berharap ada perhatian dari Pemkab Sukabumi untuk membantu menyembuhkan penyakitnya. Pasalnya, dirinya tidak memiliki kartu Askeskin.
    
Penyakit kaki gajah atau filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat tetap berupa pembesaran kaki dan lengan, baik laki-laki maupun perempuan.
    
Sementara itu, Survaillance Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Suhendar mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan terlebih dahulu kepada korban untuk mengetahui apakah penderita terkena penyakit kaki gajah atau bukan.
    
"Kalau memang benar, maka akan diberi pengobatan sindromatis di lokasi. Kami juga akan mengambil spesimen darah penderita," katanya. Pengambilan spesimen darah harus dilakukan pada malam hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com