Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Bergairah Dengar Suara Erotis

Kompas.com - 26/11/2008, 23:22 WIB

Konsultasi dengan Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And (*) di Tabloid Gaya Hidup Sehat

"Saya mohon maaf jika pertanyaan saya dianggap berlebihan. Begini Dokter, saya sangat menyukai dan menikmati hubungan seks. Sehingga hal-hal yang mungkin bagi orang lain tidak penting, buat saya penting. Contohnya ketika berhubungan intim saya sangat menikmati suara yang datang dari partner saya, seperti lenguhan, rintihan, bahkan teriakan tertahan saat kenikmatan puncak tercapai. Sayangnya isteri saya tidak bisa mengekspresikan diri.

Selama ini hubungan intim berlangsung nyaris sunyi senyap.Terus terang, suara-suara itu sungguh berarti bagi saya, karena semakin menambah gairah, memberikan rangsangan erotik, membangkitkan fantasi dan keinginan untuk mengeksplorasi.
Pertanyaan saya:

1. Mengapa ada wanita yang bisa mengekspresikan diri dengan bebas saat berhubungan intim, sementara ada yang cenderung sunyi senyap?
2. Apakah ekspresi dalam hubungan seksual berkaitan dengan etnis dan budaya?
3. Jika isteri tidak ekspresif, apakah bisa didorong untuk menjadi lebih  ekspresif? Bagaimana caranya? (Lewat nonton film, saya sering menunjukkan bahwa saya menyukai suara-suara khas sebagai ekspresi kenikmatan seksual).
4. Jika isteri tidak dapat diubah cara berekspresinya, apa yang sebaiknya saya lakukan supaya kebutuhan mendapat rangsangan lewat suara itu terpenuhi?
Sekadar informasi, usia saya 34 tahun dan isteri 30 tahun. Kami sama-sama bekerja, dan sebelum menikah telah pacaran dua tahun." 

Victor, Bandung.

Bentuk Komunikasi
Keinginan Pak Victor mendengarkan suara erotik isterinya ketika berhubungan seksual, adalah wajar. Suara erotik sebagai ekspresi reaksi seksual, misalnya ketika terangsang atau orgasme, memang dapat menjadi rangsangan seksual yang bersifat psikis. Dengan mendengarnya, seseorang dapat lebih terangsang.

Tapi tak semua orang memahami bahwa suara pun dapat berperan seperti itu. Selain tidak memahami, tak sedikit orang yang justru berupaya menahan agar tidak muncul suara. Maka wajar Pak Victor menganggap isterinya ‘sunyi senyap’.

Beberapa bentuk ekspresi suara berkaitan dengan reaksi seksual ialah rintihan kenikmatan, teriakan, dan ucapan yang ekspresif. Ekspresi suara sebenarnya juga merupakan bentuk komunikasi seksual non verbal. Dengan suara itu pasangan dapat mengetahui bahwa suatu reaksi seksual sedang terjadi.

Merasa Setara
Perbedaan pada wanita dalam mengekspresikan reaksi seksual tampaknya dipengaruhi oleh faktor budaya, komunikasi dengan pasangan, dan pengetahuan seksual; bukan faktor etnik. Faktor budaya erat kaitannya dengan perbedaan jender antara pria dan wanita.

Wanita dengan pemahaman budaya bahwa dirinya hanya pelayan dan pemuas suami, sangat mungkin merasa malu atau tidak patut menunjukkan reaksi seksualnya secara ekspresif, termasuk suara. Mereka justru  menyembunyikan bahwa dirinya mengalami reaksi seksual, apalagi orgasme.

Sebaliknya wanita dengan budaya yang menganggap diri setara dengan pria, tidak punya hambatan mengekspresikan reaksi seksualnya. Mereka merasa wajar dan berhak, sama seperti pria, untuk menikmati kehidupan seksual.

Kalau komunikasi dengan pasangan tidak baik atau tidak bebas, sangat mungkin wanita juga merasa tidak bebas untuk mengekspresikan reaksi seksualnya, dan cenderung menyembunyikan reaksi seksual yang dialami.

Lain jika komunikasi dengan pasangan baik, wanita akan merasa bebas untuk mengekspresikan reaksi seksualnya. Suara erotik merupakan bentuk komunikasi seksual yang efektif untuk mencapai kepuasan seksual.

Wanita dengan pengetahuan seksual baik, bahwa suara erotik bermanfaat, tidak akan membiarkan begitu saja manfaat itu. Bahkan dengan pengetahuan itu, mereka secara sadar menggunakan suara untuk meningkatkan suasana erotik  ketika melakukan hubungan seksual.

(*) Spesialis Andrologi dan Seksolog serta dosen pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com