Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Problematika Gizi Buruk seperti Gunung Es

Kompas.com - 04/12/2008, 07:46 WIB

BOGOR, KAMIS — Permasalahan gizi buruk seperti fenomena gunung es karena jumlah balita (anak usia di bawah lima tahun) yang mengalami gizi buruk lebih dari asumsi yang sudah diperkirakan berbagai pihak.

"Oleh sebab itu, upaya penanganan masalah gizi perlu dilakukan secara simultan agar semakin banyak balita yang terselamatkan dari status gizi buruk," ungkap Direktur Rumah Konseling ASI Yasmina Iis Istiqomah di Bogor, Kamis (4/12).

"Secara langsung, masalah gizi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu anak tidak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, anak tidak mendapatkan pola asuh (asuhan gizi) yang memadai, dan adanya penyakit infeksi yang menyertai anak. Ketiga hal tersebut secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat pendidikan, daya beli masyarakat, kondisi lingkungan, dan pelayanan kesehatan," papar Iis.

Salah satu pendekatan program yang cukup berhasil dalam menurunkan angka kurang gizi dan mencegah munculnya kurang gizi kembali adalah program positive deviance.

Program ini, kata Iis, merupakan program pemberian makanan tambahan yang tidak hanya fokus pada pemberian makanan, tetapi juga pada perubahan aspek perilaku dalam kesehatan dan pengasuhan anak.

"Proses positive deviance menggunakan kearifan lokal untuk mencegah dan mengatasi masalah kurang gizi dan menyebarluaskan kearifan lokal ke seluruh masyarakat," katanya.

Pendekatan ini berlandaskan pada pemikiran bahwa beberapa pemecahan masalah terhadap masalah masyarakat telah ada di dalam masyarakat itu sendiri yang perlu ditemukan, ungkap Iis.

Menurut Iis, dalam pendekatan ini para sukarelawan di masyarakat dan orangtua dari anak-anak yang menderita kurang gizi mempraktikkan perilaku-perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makanan, kebersihan diri, dan sesi hearth.

"Sesi hearth terdiri atas dua hal, yaitu rehabilitasi gizi dan pendidikan selama 12 hari yang diikuti dengan kunjungan rumah oleh para staf lapangan dan sukarelawan," ujar perempuan berkacamata itu.

Positive deviance itu dilakukan sebagai upaya mempromosikan perubahan perilaku dan memperkuat para pengasuh anak untuk bertanggung jawab atas rehabilitasi gizi anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal.

Iis mengatakan, setelah dua minggu diberi makanan tambahan yang tinggi kandungan energinya, anak-anak akan menjadi lebih energik dan nafsu makan akan lebih meningkat.

"Perubahan yang nyata pada anak ditambah dengan metode belajar sambil mengerjakan mampu menghasilkan rasa percaya diri dari para pengasuh dan meningkatkan keterampilan dalam pemberian makanan, pengasuhan anak, kebersihan diri, dan perawatan anak pada saat sakit," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com