Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resistensi terhadap Obat Flu Meluas di AS

Kompas.com - 03/03/2009, 18:27 WIB

SEMUA kasus  flu yang paling sering terjadi di Amerika Serikat (AS) kini resisten atau kebal terhadap obat yang digunakan untuk menyembuhkannya.
    
Menurut kantor berita Reuters, para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS melaporkan bahwa 98 persen dari semua contoh flu dari strain H1N1 resisten
terhadap Tamiflu.
    
Tamiflu adalah sebuah pil yang dapat mengobati flu dan mencegah infeksi. Sebanyak empat pasien yang terinfeksi strain yang resisten itu meninggal dunia, termasuk dua anak-anak.
    
Tahun ini,  H1N1 merupakan strain flu yang paling banyak menyerang penduduk AS, meskipun musim flu jauh lebih ringan, dan masih di bawah tingkat yang bisa disebut sebagai pandemi.

Beberapa dokter mengetahui sejumlah pasien terserang flu, dan Tamiflu tidak diresepkan secara luas. Namun berita itu cukup menenangkan karena pil tersebut, yang secara generik dikenal dengan  nama oseltamivir, merupakan salah satu dari sedikit senjata melawan influenza, yang menewaskan rata-rata sekitar 36.000 orang di AS setiap tahun.
    
Obat itu juga dinilai sebagai senjata utama untuk melawan potensi pandemi  influenza jenis baru, dan studi ini menemukan bahwa virus itu dapat menghindari efek tersebut dengan cepat.

Musim ini, sembilan anak meninggal dunia akibat influenza, yang sebagian besar terlihat sehat sebelum terinfeksi, demikian laporan CDC.

Musim flu terakhir, hanya 19 persen dari virus H1N1 yang dites terbukti resisten terhadap Tamiflu, kata Dr. Nila Dharan dan beberapa kolega di CDC.

"Per 19 Februari 2009, resistensi terhadap oseltamivir teridentifikasi pada  264 dari 268 (98,5 persen) virus influenza A (H1N1) yang dites," kata para peneliti itu dalam "Journal of the American Medical Association".

Pasien muda
Mereka mewawancarai sebanyak 99 pasien dan menemukan 30 persen di antaranya telah mendapatkan vaksinasi flu tetapi tetap terinfeksi. Vaksin itu diketahui tidak sepenuhnya melindungi pasien dari serangan infeksi.

"Dua pasien meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit atau di ruang gawat darurat. Satu pasien berusia empat tahun dan sebelumnya terlihat sehat, sedangkan satu orang lagi berusia empat tahun dengan masalah syaraf," kata tim Dharan.

Dr. David Weinstock dari Dana-Farber Cancer Institute dan Dr. Gianna Zuccotti dari Brigham and Women’s Hospital, keduanya di Boston, mengatakan, penyebaran flu yang resisten terhadap tamiflu secara cepat mengejutkan pada dokter.
    
"Tidak diragukan lagi, kejutan baru menanti dalam perjuangan melawan influenza pada saat satu hal dapat dipastikan -- organisme itu akan terus berkembang," kata mereka.

Untuk saat ini, perangkat terbaik untuk melakukan mitigasi infeksi influenza adalah dengan upaya vaksinasi, mencuci tangan, dan berpikir sehat.

GlaxoSmithKline, produsen obat flu Relenza, mengatakan tidak ada indikasi virus influenza resisten terhadap obat produksinya. Relenza, yang secara generik dikenal dengan nama zanamivir, adalah obat hirup dan digunakan tidak sebanyak Tamiflu.
    
Flu menjadi resisten terhadap dua obat lama, rimantadine dan amantadine.  H3N2 dan influenza B, resisten terhadap dampak Tamiflu dan CDC merekomendasikan penggunaan sejumlah obat flu untuk pasien.  

Ratusan ribu pasien flu terus diobati dengan Tamiflu pada
musim ini.

Pengobatan dengan obat antivirus seperti Tamiflu dapat mengurangi lama serangan dan keparahan penyakit serta dapat membantu menekan penyebaran flu, terutama di tengah kerumunan seperti di rumah, sekolah, dan rumah perawatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com